Denpasar (Antara Bali) - Pengurus Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) Bali menerapkan strategi khusus dengan pendekatan kasih sayang untuk meningkatkan disiplin atlet dalam menjalani pemusatan latihan sentralisasi di Hotel Batukaru Denpasar.
"Untuk menerapkan disiplin dalam memberikan pemusatan pelatihan sentralisasi kepada atlet hendaknya tidak terlalu kaku," kata Wakil Ketua Umum Pengprov PJSI Bali, I Nengah Sudiartha, di Denpasar, Bali, Senin.
Hal tersebut dikarenakan seluruh atlet yang menjalani pemusatan latihan menjelang PON Remaja di Surabaya, Jawa Timur, 9-16 Desember 2014, masih dalam usia remaja dan cenderung labil.
"Berlakulah seperti ayah kepada putra dan putrinya dan penuh kasih sayang dan pendekatannya juga dari hati ke hati," ujar Sudiartha yang juga mantan pengurus KONI Bali itu.
Ia menuturkan bahwa penerapan disiplin yang dibarengi dengan pendekatan kasih sayang, maka prestasi yang diharapkan dapat maksimal.
Pihaknya menjelaskan bahwa memasuki hari ke-23 pelaksanaan pemusatan latihan sentralisasi PON Remaja tersebut terjadi permasalahan disiplin pada atlet dan pelatih yang dinilai penerapan disiplinnya terlalu ketat terutama bagi atlet yang tidak mengisi daftar hadir selama 24 akan dicoret dengan tinta merah.
"KONI Bali seharusnya melakukan pendekatan kepada atlet dengan mengatur jadwal latihan dan belajar atlet," ujarnya.
Menurut dia, semua permasalahan dapat dibicarakan antara atlet, pelatih dan KONI Bali yang tetap mengutamakan pendekatan itu dan pelajar tersebut dapat mengikuti pendidikan sebagaimana mestinya.
Ia mencontohkan bahwa atlet hendaknya diberikan kesempatan masuk sekolah setelah berlatih dan mengejar ketertinggalan materi pelajaran pada jam-jam istirahat.
"Dengan cara inilah atlet semakin terpacu untuk berlatih karena pikiran mereka tidak terbebani dengan permasalahan di sekolah," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Untuk menerapkan disiplin dalam memberikan pemusatan pelatihan sentralisasi kepada atlet hendaknya tidak terlalu kaku," kata Wakil Ketua Umum Pengprov PJSI Bali, I Nengah Sudiartha, di Denpasar, Bali, Senin.
Hal tersebut dikarenakan seluruh atlet yang menjalani pemusatan latihan menjelang PON Remaja di Surabaya, Jawa Timur, 9-16 Desember 2014, masih dalam usia remaja dan cenderung labil.
"Berlakulah seperti ayah kepada putra dan putrinya dan penuh kasih sayang dan pendekatannya juga dari hati ke hati," ujar Sudiartha yang juga mantan pengurus KONI Bali itu.
Ia menuturkan bahwa penerapan disiplin yang dibarengi dengan pendekatan kasih sayang, maka prestasi yang diharapkan dapat maksimal.
Pihaknya menjelaskan bahwa memasuki hari ke-23 pelaksanaan pemusatan latihan sentralisasi PON Remaja tersebut terjadi permasalahan disiplin pada atlet dan pelatih yang dinilai penerapan disiplinnya terlalu ketat terutama bagi atlet yang tidak mengisi daftar hadir selama 24 akan dicoret dengan tinta merah.
"KONI Bali seharusnya melakukan pendekatan kepada atlet dengan mengatur jadwal latihan dan belajar atlet," ujarnya.
Menurut dia, semua permasalahan dapat dibicarakan antara atlet, pelatih dan KONI Bali yang tetap mengutamakan pendekatan itu dan pelajar tersebut dapat mengikuti pendidikan sebagaimana mestinya.
Ia mencontohkan bahwa atlet hendaknya diberikan kesempatan masuk sekolah setelah berlatih dan mengejar ketertinggalan materi pelajaran pada jam-jam istirahat.
"Dengan cara inilah atlet semakin terpacu untuk berlatih karena pikiran mereka tidak terbebani dengan permasalahan di sekolah," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014