Mangupura (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, menggelar pelatihan pengelolaan sampah guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan sampah untuk dijadikan barang yang bernilai ekonomi.
"Pelatihan itu yang digelar selama tiga hari itu diikuti 30 peserta terdiri dari pengelola bank sampah, pengelola Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dengan sistem Reduce, Reuse dan Recycle, dan PKK Desa di Kabupaten Badung," kata Kabid Evaluasi dan Pengembangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung, I Ketut Rimpi di Mangupura, Senin.
Menurut dia, masalah sampah telah menjadi isu yang memberikan dampak negatif di berbagai hal utamanya terkait dengan banjir di berbagai tempat sehingga memberikan kerugian secara ekonomi maupun sosial di masyarakat.
Masalah itu tidak terlepas dari tingkat kesadaran, penanganan dan budaya masyarakat sebagai sumber penghasil sampah, belum memahami mengelola sampahnya dengan baik dan didukung budaya masyarakat belum berpola hidup bersih dengan membuang sampah disembarang tempat.
Dengan bertambahnya jenis, karakteristik dan volume sampah baik yang bersifat organik maupun anorganik memberikan konsekuensi terhadap pengelolaan, kebersihan dan pelestarian lingkungan yang akhir-akhir ini menjadi isu yang harus tertangani secara optimal untuk mendukung keberlanjutan kepariwisataan yang mengarah menuju ""eco city" dan "eco tourism" destination yang sangat rentan terhadap isu lingkungan.
Di Kabupaten Badung yang merupakan destinasi wisata dunia memerlukan adanya strategi pengelolaan sampah yang terintegrasi mulai dari hulu sampai dengan hilir dengan melibatkan berbagai steakholder.
"Sebagai Instansi yang bertanggungjawab penuh terhadap penanganan sampah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung bertekad mewujudkan beautiful Badung dengan `Motto Lead the Change` dengan berbagai terobosan antara lain `from trash to cash from trash to organic dan from trash to cash," ujarnya.
Dengan dilaksanakannya kegiatan pelatihan tersebut mampu memberikan apresiasi karena merupakan suatu momentum yang sangat baik untuk mengambil langkah-langkah yang strategis dalam menentukan arah dan kebijakan pengelolaan sampah ke depan dan bisa meminimalkan dampak yang kurang menguntungkan di masyarakat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Pelatihan itu yang digelar selama tiga hari itu diikuti 30 peserta terdiri dari pengelola bank sampah, pengelola Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dengan sistem Reduce, Reuse dan Recycle, dan PKK Desa di Kabupaten Badung," kata Kabid Evaluasi dan Pengembangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung, I Ketut Rimpi di Mangupura, Senin.
Menurut dia, masalah sampah telah menjadi isu yang memberikan dampak negatif di berbagai hal utamanya terkait dengan banjir di berbagai tempat sehingga memberikan kerugian secara ekonomi maupun sosial di masyarakat.
Masalah itu tidak terlepas dari tingkat kesadaran, penanganan dan budaya masyarakat sebagai sumber penghasil sampah, belum memahami mengelola sampahnya dengan baik dan didukung budaya masyarakat belum berpola hidup bersih dengan membuang sampah disembarang tempat.
Dengan bertambahnya jenis, karakteristik dan volume sampah baik yang bersifat organik maupun anorganik memberikan konsekuensi terhadap pengelolaan, kebersihan dan pelestarian lingkungan yang akhir-akhir ini menjadi isu yang harus tertangani secara optimal untuk mendukung keberlanjutan kepariwisataan yang mengarah menuju ""eco city" dan "eco tourism" destination yang sangat rentan terhadap isu lingkungan.
Di Kabupaten Badung yang merupakan destinasi wisata dunia memerlukan adanya strategi pengelolaan sampah yang terintegrasi mulai dari hulu sampai dengan hilir dengan melibatkan berbagai steakholder.
"Sebagai Instansi yang bertanggungjawab penuh terhadap penanganan sampah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung bertekad mewujudkan beautiful Badung dengan `Motto Lead the Change` dengan berbagai terobosan antara lain `from trash to cash from trash to organic dan from trash to cash," ujarnya.
Dengan dilaksanakannya kegiatan pelatihan tersebut mampu memberikan apresiasi karena merupakan suatu momentum yang sangat baik untuk mengambil langkah-langkah yang strategis dalam menentukan arah dan kebijakan pengelolaan sampah ke depan dan bisa meminimalkan dampak yang kurang menguntungkan di masyarakat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014