Gianyar (Antara Bali) - Warga Desa Pekraman Kliki, Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, melestarikan tradisi "Nelu Bulanin" atau tiga bulanan secara massal yang dijadwalkan berlangsung Sabtu (28/8) diikuti 80 warga setempat.

"Tradisi itu sudah kami lakukan sejak tahun 1965, dan kami rutin melaksanakannya setiap tiga tahun sekali," kata I Ketut Gara selaku pengurus adat/Bendesa Pekraman Kliki, didampingi ketua panitia kegiatan massal tersebut, I Wayan Serep, Selasa.

Ia menjelaskan, untuk upacara tiga bulanan massal kali ini, diikuti 80 warga Keliki dari kalangan bayi, anak-anak, bahkan hingga yang telah dewasa namun belum menjalani ritual tersebut.

"Ritual tiga bulanan massal ini merupakan salah satu rangkaian upacara ngaben massal yang dijadwalkan berlangsung Rabu (25/8), serta potong gigi massal juga pada Sabtu mendatang (28/8)," ucapnya.

Saat ini, sambung Gara, untuk kegiatan ngaben massal diikuti 82 "sawa" atau jiwa, sementara potong gigi massal melibatkan 78 warga.

Untuk keperluan pembiayaan ritual ngaben massal, masing-masing keluarga dari setiap 'sawa' dikenakan biaya Rp2 juta.

Sementara untuk membantu penyelenggaraan keseleruhan kegiatan, yakni ngaben, potong gigi dan upacara tiga bulanan massal, sebanyak 732 kepala keluarga warga Pekraman Kliki masing-masing dikenakan "punia" atau sumbangan berupa lima kilogram beras, lima butir telor dan lima  butir kelapa.

Menurut Gara, upacara massal itu sebagai bentuk  kerja sama, rasa kekeluargaan dan gotong royong. "Kegiatan ini sebuah bukti bahwa kehidupan gotong royong di tengah masyarakat masih terjalin," ucapnya.

Upacara serba massal itu juga dihadiri Bupati Gianyar Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Wakil Bupati Dewa Made Sutanaya, Sekretaris Daerah Cokorda Gde Putra Nindia dan para anggota DPRD, khususnya dari daerah pemilihan Tegallalang.

Dalam kesempatan itu, Bupati Tjokorda atau Cok Ace menyampaikan apresiasi atas semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang masih dipegang teguh oleh warga Desa Pakraman Kliki.

Rasa kebersamaan dan kekeluargaan itu tampak dengan dilangsungkannya kegiatan ngaben, potong gigi dan ritual tiga bulanan massal.

"Bila tidak ada rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang kuat di antara warga tentu kegiatan serba massal ini akan sulit dilaksanakan," katanya.

Di hadapan panitia serta tokoh masyarakat setempat, Bupati asal Puri Agung Ubud itu berpesan agar rasa kebersaman dan kekeluargaan dapat dijaga dan dipelihara dengan baik.

Hal itu sebagai pondasi untuk dapat membangun desa berlandaskan konsep Tri Hita Karana, yakni hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitar secara harmonis.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010