Beijing (Antara Bali) - Jumlah pasangan di Tiongkok yang memanfaatkan izin untuk memiliki anak kedua lebih sedikit dari perkiraan setelah negara tersebut melonggarkan kebijakan “satu anak,” lapor media pemerintah pada Kamis, menyoroti tantangan demografis bangsa itu.

Negara berpenduduk terpadat di dunia itu membatasi sebagian besar keluarga untuk hanya memiliki satu anak sejak akhir 1970-an, namun partai Komunis pada November mengatakan bahwa pasangan akan diizinkan memiliki dua anak asalkan salah satu orang tuanya adalah anak tunggal, bukan kedua-duanya.

Otoritas memperkirakan bahwa perubahan itu akan menghasilkan angka kelahiran tambahan lebih dari dua juta per tahun, namun dari 11 juta pasangan lebih yang memenuhi syarat, hanya 700.000 pasangan yang memanfaatkan izin tersebut pada akhir Agustus, ungkap surat kabar China Daily, mengutip National Health and Family Planning Commission.

Di antara jumlah tersebut, 620.000 kelahiran telah disahkan, tambahnya.

Tiongkok memiliki populasi penduduk sebesar 1,36 miliar warga, ungkap Biro Statistik Nasional pada Januari, namun populasi di usia kerja turun 2,44 juta tahun lalu.

Penduduk yang berusia lebih dari 60-an tahun menyumbang 14,9 persen populasi total, katanya, dan beberapa proyeksi menunjukkan bahwa tambahan jumlah kelahiran itu akan mewakili satu dari empat penduduk - sebanyak 350 juta orang - pada 2030.(MFD)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014