Negara (Antara Bali) - Pedagang keliling yang menjajakan telur olahan busuk meresahkan warga Kabupaten Jembrana, karena setelah mereka mengkonsumsi telur tersebut merasakan tenggorokannya gatal dan sakit.
"Telur olahan itu baunya busuk dan tidak enak rasanya. Awal beli saya kira lagi apes saja dapat telur seperti itu, tapi setelah beli lagi sama saja," kata Rahayu, warga Deas Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kamis.
Menurutnya, ciri-ciri telur olahan yang dijual pedagang keliling tersebut, warna putihnya sudah kebiru-biruan dengan bagian kuningnya berwarna coklat pekat.
"Telur itu diolah dengan cara direbus dulu, lalu digoreng dengan bumbu. Harganya juga sangat murah, bahkan lebih murah dari telur mentah setiap butirnya," ujarnya.
Ia mengatakan, harga telur mentah saat ini mencapai Rp1100 perbutir, sementara telur olahan yang dalam setiap bungkus berisi enam butir, harganya hanya Rp5000.
"Enam butir telur mentah harganya Rp6600, kalau diolah masih perlu tambahan biaya bumbunya. Tapi ini kok enam butir hanya Rp5000," katanya.
Ibu rumah tangga ini menduga, telur olahan tersebut berasal dari telur ayam yang tidak menetas, yang seharusnya dibuang karena sudah busuk.
Terkait beredarnya telur olahan busuk ini, ia dan warga lainnya minta aparat terkait menyelidiki dan membina pedagangnya, karena makanan tersebut bisa membahayakan kesehatan mereka.
Dari salah seorang penjual keliling yang minta namanya tidak disebutkan diperoleh informasi, pengepul telur olahan busuk tersebut sering berada di Pasar Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo.
"Karena sering mendapatkan komplain dari pembeli, sekarang saya tidak mengambil lagi telur olahan tersebut. Biasanya saya beli dari pengepul di Pasar Tegalcangkring," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Telur olahan itu baunya busuk dan tidak enak rasanya. Awal beli saya kira lagi apes saja dapat telur seperti itu, tapi setelah beli lagi sama saja," kata Rahayu, warga Deas Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kamis.
Menurutnya, ciri-ciri telur olahan yang dijual pedagang keliling tersebut, warna putihnya sudah kebiru-biruan dengan bagian kuningnya berwarna coklat pekat.
"Telur itu diolah dengan cara direbus dulu, lalu digoreng dengan bumbu. Harganya juga sangat murah, bahkan lebih murah dari telur mentah setiap butirnya," ujarnya.
Ia mengatakan, harga telur mentah saat ini mencapai Rp1100 perbutir, sementara telur olahan yang dalam setiap bungkus berisi enam butir, harganya hanya Rp5000.
"Enam butir telur mentah harganya Rp6600, kalau diolah masih perlu tambahan biaya bumbunya. Tapi ini kok enam butir hanya Rp5000," katanya.
Ibu rumah tangga ini menduga, telur olahan tersebut berasal dari telur ayam yang tidak menetas, yang seharusnya dibuang karena sudah busuk.
Terkait beredarnya telur olahan busuk ini, ia dan warga lainnya minta aparat terkait menyelidiki dan membina pedagangnya, karena makanan tersebut bisa membahayakan kesehatan mereka.
Dari salah seorang penjual keliling yang minta namanya tidak disebutkan diperoleh informasi, pengepul telur olahan busuk tersebut sering berada di Pasar Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo.
"Karena sering mendapatkan komplain dari pembeli, sekarang saya tidak mengambil lagi telur olahan tersebut. Biasanya saya beli dari pengepul di Pasar Tegalcangkring," katanya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014