Jakarta (Antara Bali) - PT Pertamina (Persero) memperkirakan konsumsi
bahan bakar minyak bersubsidi bakal berlebih 1,9 juta kiloliter sampai
31 Desember 2014 dari kuota APBN Perubahan sebesar 46 juta kiloliter.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya usai pertemuan Direksi Pertamina dengan Menteri ESDM Sudirman Said di Jakarta, Kamis mengatakan, kelebihan konsumsi tersebut terdiri atas solar 1,1 juta kiloliter dan premium 800 ribu kiloliter.
"Perkiraan over kuota 1,9 juta kiloliter itu berdasarkan situasi terakhir minggu-minggu ini," katanya.
Ia mengatakan, kenaikan harga BBM memang bakal menekan konsumsi, namun tidak akan menahan kelebihan kuota.
"Prediksi tetap over, tapi tidak sebesar prognosa 1,9 juta kiloliter," katanya.
Menurut dia, kebijakan apapun tidak akan menahan kelebihan kuota tersebut.
Hanung meminta masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan stok BBM bersubsidi sampai akhir Desember 2014.
"Nanti, ada kebijakan pemerintah untuk mengatasi kekurangan BBM subsidi. Pertamina tinggal ikut saja. Jangan membuat situasi seolah-olah tidak ada BBM subsidi," ujarnya.
Ia menambahkan, kenaikan harga BBM akan memberikan keuntungan seperti bakal menekan perembesan ke industri dikarenakan disparitas mengecil.
Lalu, lanjutnya, kenaikan harga BBM subsidi, juga mendorong konsumen beralih ke gas.
"Bagi Pertamina, harga BBM yang lebih tinggi akan membuat cash flow menjadi lebih bagus," ujarnya.
Perkiraan konsumsi BBM melebihi kuota terus bertambah.
Sebelumnya, pada awal Agustus 2014, Pertamina memperkirakan over kuota 1,3 juta kiloliter.
Lalu, pada awal Oktober prognosa over kuota bertambah 1,6 juta kiloliter dan kini menjadi 1,9 juta kiloliter.
Konsumsi BBM bersubsidi sampai Oktober ini sudah 38,4 juta kiloliter.
Pertamina memprediksi kuota solar habis awal Desember dan premium habis pada akhir Desember 2014.
Sesuai UU APBN, maka setelah kuota habis, maka BBM dijual dengan harga nonsubsidi.
Kecuali, pemerintah dan DPR memutuskan perubahan UU APBN Perubahan yang memungkinkan penyaluran BBM subsidi melebihi kuota 46 juta kiloliter.
Pertamina mengungkapkan, kelebihan BBM jenis premium dan solar dikarenakan pertumbuhan kendaraan.
Sementara, untuk minyak tanah disebabkan realisasi konversi tidak sesuai target akibat pencacahan masyarakat yang berhak mendapat elpiji subsidi oleh Kementerian ESDM juga meleset. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya usai pertemuan Direksi Pertamina dengan Menteri ESDM Sudirman Said di Jakarta, Kamis mengatakan, kelebihan konsumsi tersebut terdiri atas solar 1,1 juta kiloliter dan premium 800 ribu kiloliter.
"Perkiraan over kuota 1,9 juta kiloliter itu berdasarkan situasi terakhir minggu-minggu ini," katanya.
Ia mengatakan, kenaikan harga BBM memang bakal menekan konsumsi, namun tidak akan menahan kelebihan kuota.
"Prediksi tetap over, tapi tidak sebesar prognosa 1,9 juta kiloliter," katanya.
Menurut dia, kebijakan apapun tidak akan menahan kelebihan kuota tersebut.
Hanung meminta masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan stok BBM bersubsidi sampai akhir Desember 2014.
"Nanti, ada kebijakan pemerintah untuk mengatasi kekurangan BBM subsidi. Pertamina tinggal ikut saja. Jangan membuat situasi seolah-olah tidak ada BBM subsidi," ujarnya.
Ia menambahkan, kenaikan harga BBM akan memberikan keuntungan seperti bakal menekan perembesan ke industri dikarenakan disparitas mengecil.
Lalu, lanjutnya, kenaikan harga BBM subsidi, juga mendorong konsumen beralih ke gas.
"Bagi Pertamina, harga BBM yang lebih tinggi akan membuat cash flow menjadi lebih bagus," ujarnya.
Perkiraan konsumsi BBM melebihi kuota terus bertambah.
Sebelumnya, pada awal Agustus 2014, Pertamina memperkirakan over kuota 1,3 juta kiloliter.
Lalu, pada awal Oktober prognosa over kuota bertambah 1,6 juta kiloliter dan kini menjadi 1,9 juta kiloliter.
Konsumsi BBM bersubsidi sampai Oktober ini sudah 38,4 juta kiloliter.
Pertamina memprediksi kuota solar habis awal Desember dan premium habis pada akhir Desember 2014.
Sesuai UU APBN, maka setelah kuota habis, maka BBM dijual dengan harga nonsubsidi.
Kecuali, pemerintah dan DPR memutuskan perubahan UU APBN Perubahan yang memungkinkan penyaluran BBM subsidi melebihi kuota 46 juta kiloliter.
Pertamina mengungkapkan, kelebihan BBM jenis premium dan solar dikarenakan pertumbuhan kendaraan.
Sementara, untuk minyak tanah disebabkan realisasi konversi tidak sesuai target akibat pencacahan masyarakat yang berhak mendapat elpiji subsidi oleh Kementerian ESDM juga meleset. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014