Denpasar (Antara Bali) - Berbagai kegiatan memeriahkan pelaksanaan pameran lukisan cat air yang melibatkan 138 seniman mancanegara di Bentara Budaya Bali (BBB) Ketewel, Kabupaten Gianyar, Bali selama delapan hari, 24 Oktober hingga 2 November 2014.
"Kegiatan itu antara lain diskusi seni rupa dan penayangan film dokumenter perjalanan seni lukis cat air, pada Senin (27/10)," kata Putu Aryastawa, penata acara dan koordinator pameran Bentara Budaya Bali di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, dalam diskusi itu tampil sebagai pembicara pelukis Sen Pao, bersama Huang Fong dan Ipphing.
Sen Pao adalah pelukis otodidak kelahiran Surabaya, 8 Mei 1949 dan menetap di Bali sejak 1972. Ia memulai karirnya sebagai pelukis profesional setelah dari tahun 1968 sampai 1976 belajar melukis.
Ia belajar melukis kepada seorang guru bernama S. Jikan, dan T. Wing selama beberapa tahun di Surabaya. Dalam perjalanan keseniannya, Sen Pao juga bersentuhan dengan para maestro seni rupa Indonesia yang pada saat itu banyak berkarya di Bali, diantaranya Affani, Dullah, S. Sudjojono, Arie Smit, Han Snel.
Huang Fong lahir di Genteng, Banyuwangi, tahun 1936. Ia belajar melukis dengan teknik cat air pada almarhum Tan Kiaw Tek, di Surabaya dan teknik cat minyak pada pelukis Nurdin BS.
Sejak tahun 1967, Huang Fong memutuskan menetap di Bali. Pelukis yang tumbuh satu periode dengan dengan Lee Man Fong, Siauw Tek Wie, Wen Peor dan Lim Wasim, ini termasuk pelukis mumpuni yang karyanya masuk dalam buku koleksi Bung Karno.
Pelukis yang ikut memprakarsai berdirinya kelompok lukis Sanggar Kamboja di Bali tahun 1986, banyak terilhami kebudayaan Bali.
Putu Aryastawa menambahkan, pameran tersebut terangkum dalam Asian Watercolour Expression II mengusung tema "Colour of Asia".
Karya lukisan cat air yang dipamerkan itu mencerminkan keindahan dan keunikan masing-masing serta kental dengan nuansa yang berbeda dalam kanvas para seniman lintas negara ini, ujar Putu Aryastawa.
Ratusan pelukis yang terlibat dalam pameran kali ini di antaranya berasal dari Tiongkok, Hong Kong, Korea, Malaysia, Myanmar, Singapura dan tuan rumah Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kegiatan itu antara lain diskusi seni rupa dan penayangan film dokumenter perjalanan seni lukis cat air, pada Senin (27/10)," kata Putu Aryastawa, penata acara dan koordinator pameran Bentara Budaya Bali di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, dalam diskusi itu tampil sebagai pembicara pelukis Sen Pao, bersama Huang Fong dan Ipphing.
Sen Pao adalah pelukis otodidak kelahiran Surabaya, 8 Mei 1949 dan menetap di Bali sejak 1972. Ia memulai karirnya sebagai pelukis profesional setelah dari tahun 1968 sampai 1976 belajar melukis.
Ia belajar melukis kepada seorang guru bernama S. Jikan, dan T. Wing selama beberapa tahun di Surabaya. Dalam perjalanan keseniannya, Sen Pao juga bersentuhan dengan para maestro seni rupa Indonesia yang pada saat itu banyak berkarya di Bali, diantaranya Affani, Dullah, S. Sudjojono, Arie Smit, Han Snel.
Huang Fong lahir di Genteng, Banyuwangi, tahun 1936. Ia belajar melukis dengan teknik cat air pada almarhum Tan Kiaw Tek, di Surabaya dan teknik cat minyak pada pelukis Nurdin BS.
Sejak tahun 1967, Huang Fong memutuskan menetap di Bali. Pelukis yang tumbuh satu periode dengan dengan Lee Man Fong, Siauw Tek Wie, Wen Peor dan Lim Wasim, ini termasuk pelukis mumpuni yang karyanya masuk dalam buku koleksi Bung Karno.
Pelukis yang ikut memprakarsai berdirinya kelompok lukis Sanggar Kamboja di Bali tahun 1986, banyak terilhami kebudayaan Bali.
Putu Aryastawa menambahkan, pameran tersebut terangkum dalam Asian Watercolour Expression II mengusung tema "Colour of Asia".
Karya lukisan cat air yang dipamerkan itu mencerminkan keindahan dan keunikan masing-masing serta kental dengan nuansa yang berbeda dalam kanvas para seniman lintas negara ini, ujar Putu Aryastawa.
Ratusan pelukis yang terlibat dalam pameran kali ini di antaranya berasal dari Tiongkok, Hong Kong, Korea, Malaysia, Myanmar, Singapura dan tuan rumah Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014