Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika memberikan apresiasi terhadap laporan data dari Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar terkait performa indikator "Triple Track" dan ketimpangan pembangunan di daerah ini.

Gubernur Pastika menyampaikan hal itu ketika menerima audensi Kepala BPS Panasunan Siregar di ruang kerjanya, Senin.

Kepala BPS Bali Panusunan Siregar menyampaikan performa indikator "Triple Track" di antaranya meliputi perkembangan inflasi hingga September 2014, performa ekspor-impor dan potret indikator ketenagakerjaan hingga Februari 2014.

Selain itu juga menyangkut potret indikator kemiskinan, indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan ketimpangan pendapatan di Pulau Dewata.

Ia melaporkan bahwa hingga September 2014 inflasi di Bali sudah mencapai 3,71 persen yang artinya dalam tiga bulan terakhir inflasi harus bisa ditahan maksimum 1,99 persen atau 0,66 persen per bulan.

Namun mengingat pada bulan Desember 2014 terdapat hari besar keagamaan seperti Galungan, Natal dan menjelang Tahun Baru sehingga diperlukan upaya keras untuk menahan laju inflasi dalam tiga bulan ke depan agar target 5,70 persen tidak terlampaui.

"Hari raya notabene berpotensi untuk mendorong inflasi di atas satu persen," ujar Panasunan Siregar.

Ia juga melaporkan, bahwa sesuai dengan acuan Bank Dunia, tingkat ketimpangan di Bali terus meningkat dari kategori rendah ke kategori sedang dengan angka 16,32 persen. Itu artinya jika pada tahun 2000 besaran "kue PDRB" masih dinikmati oleh 40 persen masyarakat berpenghasilan rendah sebesar 25,16 persen, sekarang hanya 16,32 persen.

"Berarti dalam hal ini yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin," ujarnya.

Terkait perkembangan kemiskinan di Bali, ia juga melaporkan bahwa kemiskinan daerah pedesaan mencapai 5,34 persen yang mana selalu lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan hanya mencapai 4,01 persen.

Sedangkan berbicara mengenai "index of happines" di Bali, khususnya wilayah pedesaan masih termasuk kategori rendah. Namun melihat perjalanan dari Program Bali Mandara Jilid II sudah mulai terasa dalam menyentuh masyarakat pedesaan, meski masih perlu untuk digencarkan lagi terutama memacu sektor pertanian agar lebih produktif.

Tidak hanya sektor pariwisata yang harus diperhatikan, namun sektor pertanian harus dikencangkan mengingat selain mengandalkan SDM Bali juga mengandalkan "agruculturenya" ujar Panusunan Siregar.

Gubernur Pastika menilai laporan tersebut sangat baik untuk menjadi bahan evaluasi pemerintah dalam pemanfaatan SDM maupun sumber daya keuangan.

Terkait dengan `gap` yang terjadi antara wilayah pedesaan dan perkotaan, hal tersebut sedang diupayakan untuk mengecilkan angka ketimpangan dengan menggencarkan program Bali Mandara dan diharapkan dapat memperkecil angka ketimpangan tersebut.

Program tersebut antara lain Gerbang sadu, Simantri dan program lainnya dimana saat ini pertanian sudah mulai hidup kembali dan satu-satunya strategi untuk memperbaiki performa ekpor-impor agar pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.

Selain itu meningkatkan performa Desa Wisata di Bali, sekaligus tetap menggunakan teknologi yang tidak merusak lingkungan, harap Gubernur Pastika. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014