Denpasar (Antara Bali) - Peserta Festival Teras Mitra dari berbagi pelosok Nusantara merasa prihatin terhadap pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Bali dengan menggusur lahan pertanian.

"Jika petani adalah pemilik lahan yang disewa pengusaha wisata desa budaya untuk pemandangan sawah yang ditanamnya, lalu kenapa mereka tidak dilibatkan dalam mengelola ekowisata desa budaya yang merupakan desanya sendiri?" kata Ramses, peserta Festival Teras Mitra dari Kepulauan Batam, saat mengunjungi Desa Budaya Kertalangu, Kota Denpasar, Rabu.

Festival tersebut menjadi ajang berkumpulnya wirausahawan yang peduli terhadap lingkungan. Mereka menggelar festival atas dukungan "Global Environment Facility-Small Grant Programme".

Kepedulian terhadap lingkungan membuat mereka mendapatkan manfaat ekonomi yang signifikan untuk kehidupan mereka. Bali menjadi tempat untuk festival yang ketiga berkumpul dan saling belajar dari pengalaman dan pengetahuan.

Peserta mendapatkan kesempatan belajar dari industri pariwisata di Bali, mulai dari kerajinan tangan, kuliner, hingga manajemen pariwisata.

"Ekowisata jika dikelola masyarakat pasti berkelanjutan. Masyarakat tidak merasa memiliki sehingga ingin merawatnya juga.

Prinsipnya ekowisata harus direncanakan, dikelola, dan dimiliki masyarakatnya sendiri. Persaingan industri pariwisata Bali ini sangat tinggi, orang Bali harus bersaing dengan para kapitalis besar untuk bisa memastikan semua terkelola dengan baik," tambah Denik, aktivis lingungan dari Yayasan Wisnu di Bali yang juga peserta Festival Teras Mitra.

Sebagian peserta mengunjungi perajin di Ubud yang menerapkan prinsip perdagangan adil. Peserta melihat langsung implementasi pembayaran yang layak, cepat, peningkatan kapasitas, dan tidak membedakan upah laki-laki dan perempuan, tidak mempekerjakan anak di bawah umur, dan produk-produk minimalis pencemaran atau ramah lingkungan.

Sebagian peserta lainnya mengunjungi "Spice Corner" dan "Bali Tangi", milik Made Yuliani dan Renata yang dianggap berhasil menerapkan manajemen lingkungan.

Di dua tempat tersebut peserta Festival Terasmitra sangat antusias berdiskusi dengan dua perempuan tersebut. Kedua perempuan itu tidak hanya memberikan pengetahuan soal poduk, melainkan juga gaya hidup.

Yuliani dan Renata sepakat bahwa bisnis itu harus mengutamakan kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014