Denpasar (Antara Bali) - Musim kemarau yang melanda Pulau Bali mengakibatkan sejumlah kelompok tani yang tergabung dalam organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) tidak bisa turun tanam.
"Semua petani warga Subak Batu Kandik di Denpasar tidak bisa turun tanam dalam musim tahun ini akibat tidak ada air yang mengalir maupun air hujan," kata Made Sudibia, petani setempat, Rabu.
Lahan sawah seluas lebih dari 187 hektare di subak di bilangan kota Denpasar, kering hanya ditumbuhi padang yang sekarang kelihatan memerah akibat sengatan matahari, sedangkan air irigasi tidak ada sejak beberapa bulan lalu.
Ada petani membajak tanahnya beberapa petak, tetapi terhenti akibat sulitnya air, sehingga saat ini lahan persawahan itu retak-retak dan sama sekali tidak bisa menghasilkan.
Tanaman palawija pun tidak bakal bisa tumbuh di sini, akibat sulitnya air, tutur Sudibia lagi.
Iklim yang menyengat ditambah belum selesainya perbaikan saluran irigasi primer di sejumlah lokasi subak di Bali menyebabkan ratusan hektare lahan pertanian milik petani Bali mengalami kekeringan, seperti di Desa Buduk Kabupaten Badung, dan di Kabupatren Bangli.
Lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Jembrana dan Buleleng sudah dapat dipastikan mengalami hal serupa, karena di daerah sekitarnya kelihatan tandus seperti terlihat di sepanjang jalan Denpasar-Gilimanuk, maupun di Buleleng bagian barat.
Lahan pertanian di Subak Batu Kandik Denpasar dan lahan tadah hujan lainnya sudah dapat dipastikan tidak bisa menghasilkan dalam musim tanam tahun ini, dan dikhawatirkan petani pemilik lahan di bawah setengah hektare itu akan kekurangan persediaan pangan.
Sementara petani di daerah Abiansemal Badung, menghadapi musim kering tahun ini memanfaatkan lahan sawahnya untuk tanaman palawija seperti jagung, semangka, timun bahkan ditanami bunga yang diperlukan masyarakat Hindu di Bali.
Air irigasi di sini masih ada yang mengalir namun debitnya sangat kecil, sehingga areal petani kebagian air sedikit dan dengan sistem bergiliran, maka petani terpaksa menanam berbagai jenis palawija yang memungkin bisa menghasilkan, tutur Made Dana di Subak Sedang Badung. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Semua petani warga Subak Batu Kandik di Denpasar tidak bisa turun tanam dalam musim tahun ini akibat tidak ada air yang mengalir maupun air hujan," kata Made Sudibia, petani setempat, Rabu.
Lahan sawah seluas lebih dari 187 hektare di subak di bilangan kota Denpasar, kering hanya ditumbuhi padang yang sekarang kelihatan memerah akibat sengatan matahari, sedangkan air irigasi tidak ada sejak beberapa bulan lalu.
Ada petani membajak tanahnya beberapa petak, tetapi terhenti akibat sulitnya air, sehingga saat ini lahan persawahan itu retak-retak dan sama sekali tidak bisa menghasilkan.
Tanaman palawija pun tidak bakal bisa tumbuh di sini, akibat sulitnya air, tutur Sudibia lagi.
Iklim yang menyengat ditambah belum selesainya perbaikan saluran irigasi primer di sejumlah lokasi subak di Bali menyebabkan ratusan hektare lahan pertanian milik petani Bali mengalami kekeringan, seperti di Desa Buduk Kabupaten Badung, dan di Kabupatren Bangli.
Lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Jembrana dan Buleleng sudah dapat dipastikan mengalami hal serupa, karena di daerah sekitarnya kelihatan tandus seperti terlihat di sepanjang jalan Denpasar-Gilimanuk, maupun di Buleleng bagian barat.
Lahan pertanian di Subak Batu Kandik Denpasar dan lahan tadah hujan lainnya sudah dapat dipastikan tidak bisa menghasilkan dalam musim tanam tahun ini, dan dikhawatirkan petani pemilik lahan di bawah setengah hektare itu akan kekurangan persediaan pangan.
Sementara petani di daerah Abiansemal Badung, menghadapi musim kering tahun ini memanfaatkan lahan sawahnya untuk tanaman palawija seperti jagung, semangka, timun bahkan ditanami bunga yang diperlukan masyarakat Hindu di Bali.
Air irigasi di sini masih ada yang mengalir namun debitnya sangat kecil, sehingga areal petani kebagian air sedikit dan dengan sistem bergiliran, maka petani terpaksa menanam berbagai jenis palawija yang memungkin bisa menghasilkan, tutur Made Dana di Subak Sedang Badung. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014