Jakarta (Antara Bali) - Menteri Kesehatan dr Nafsiah Mboi mengimbau dokter anak untuk tidak menyarankan orang tua meminumkan susu formula bagi bayi yang belum berusia enam bulan.
"Saya sedih sekali masih banyak konselor dan dokter anak masih menyuruh pasiennya, ibu melahirkan meminumkan susu formula kepada bayinya," kata Nafsiah Mboi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, air susu ibu atau ASI masih sangat diperlukan oleh bayi dalam masa pertumbuhan dan penambahan gizi serta anti-biotik di dalam tubuhnya.
"Jadi enam bulan ibunya harus memberikan ASI ekskusif karena itu masa yang terbaik bagi bayi," ulasnya.
Kendati ibunya terinfeksi virus HIV dan masih dalam masa pengobatan, kata dia, air ASI harus tetap diberikan karena bayi masih membutuhkan makanan yang penting bagi tubuhnya.
"Meskipun ibunya positif, tetap ibunya berhak memberikan ASI kepada anaknya. Karena ibu ini sebelumnya telah diberikan pengobatan terapi antiretroviral atau ARV," paparnya.
Biarpun metode terapi obat itu tidak mampu membunuh virus HIV secara total, lanjut dia, paling tidak dapat melambatkan perkembangan virus.
"Mau tidak mau anak pasti tertular karena darah ibunya juga mengalir di tubuh anak. Jadi sudah tepat ibu memberikan ASI kepada anaknya minimal enam bulan," papar Nafsiah.
Selain itu program pencegahan dan penekanan virus HIV pada anak, Nafsiah Mboi menyatakan pihaknya telah melakukan kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Lembaga Swadaya Masyarakat peduli HIV/AIDS.
"Ini harus disosialisasikan secara terus-menerus, karena masih ada obat yang mampu menghambat perkembangan virus itu. Bila masih ada dokter menyuruh meminumkan susu formula itu salah. Kita harus perhatikan kepentingan bayi dan ibunya," harapnya.
Sebelumnya, kegiatan peluncuran buku pedoman penerapan terapi HIV pada anak dan talk show bagaimana terapi ARV pada anak digelar di Kantor Kementerian dihadiri Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ketua Indonesian AIDS Coalition, LSM dan orang tua anak dengan HIV. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Saya sedih sekali masih banyak konselor dan dokter anak masih menyuruh pasiennya, ibu melahirkan meminumkan susu formula kepada bayinya," kata Nafsiah Mboi di Jakarta, Senin.
Menurut dia, air susu ibu atau ASI masih sangat diperlukan oleh bayi dalam masa pertumbuhan dan penambahan gizi serta anti-biotik di dalam tubuhnya.
"Jadi enam bulan ibunya harus memberikan ASI ekskusif karena itu masa yang terbaik bagi bayi," ulasnya.
Kendati ibunya terinfeksi virus HIV dan masih dalam masa pengobatan, kata dia, air ASI harus tetap diberikan karena bayi masih membutuhkan makanan yang penting bagi tubuhnya.
"Meskipun ibunya positif, tetap ibunya berhak memberikan ASI kepada anaknya. Karena ibu ini sebelumnya telah diberikan pengobatan terapi antiretroviral atau ARV," paparnya.
Biarpun metode terapi obat itu tidak mampu membunuh virus HIV secara total, lanjut dia, paling tidak dapat melambatkan perkembangan virus.
"Mau tidak mau anak pasti tertular karena darah ibunya juga mengalir di tubuh anak. Jadi sudah tepat ibu memberikan ASI kepada anaknya minimal enam bulan," papar Nafsiah.
Selain itu program pencegahan dan penekanan virus HIV pada anak, Nafsiah Mboi menyatakan pihaknya telah melakukan kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Lembaga Swadaya Masyarakat peduli HIV/AIDS.
"Ini harus disosialisasikan secara terus-menerus, karena masih ada obat yang mampu menghambat perkembangan virus itu. Bila masih ada dokter menyuruh meminumkan susu formula itu salah. Kita harus perhatikan kepentingan bayi dan ibunya," harapnya.
Sebelumnya, kegiatan peluncuran buku pedoman penerapan terapi HIV pada anak dan talk show bagaimana terapi ARV pada anak digelar di Kantor Kementerian dihadiri Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ketua Indonesian AIDS Coalition, LSM dan orang tua anak dengan HIV. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014