Bogor (Antara Bali) - Fakultas Ekologi Manusia IPB menampilkan peragaan
busana berbahan dasar daur ulang barang bekas hasil kreatifitas
mahasiswa dalam rangka peluncuran Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2014
di Lapangan Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Peragaan busana berbahan dasar barang bekas ini menampilkan tujuh busana karya mahasiswa IPB yang akan dilombakan bersama peserta umum lainnya selama satu bulan menjelang kegitan INDEX FEMA IPB 2014 yang digelar 2 November mendatang.
"Fashion show ini menjadi momentum mengajak mengelolah limbah yang ada bisa menjadi gaya hidup baru," kata Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Arif Satria.
Arif mengatakan, peragaan busana merupakan simbol gaya hidup, dengan menggunakan bahan daur ulang dapat menjadi simbol gaya hidup hijau.
"Ini merupakan gerakan kultural yang bisa memecah masalah lingkungan, kalau semua orang merubah gaya hidup lebih pro lingkungan. Kerusakan alam akibat pencemaran lingkungan dapat diminimalisir," kata Arif.
Lebih lanjut dijelaskan Humas INDEX FEMA IPB 2014, Umu Rohma menyebutkan, kegiatan Indonesian Ecology Expo merupakan agenda tahunan Fakultas Ekologi Manusi IPB yang tahun ini memasuki kedelapan kali kegiatan.
Terkait kegiatan peragaan busana daur ulang, lanjut Umu, akan dilombakan terbuka untuk umum. Puncak dari perlombaan tersebut pada 2 November mendatang dimana akan menghadirkan perancang busana Barli Asmara selaku juri.
"Fashion show ini yang kedua kita selenggarakan dalam INDEX, tahun lalu yang juara justru dari murid SMA Kota Bogor," kata Umum.
Peragaan busana berbahan dasar barang bekas tersebut cukup unik menarik perhatian ribuan warga Kota Bogor yang sedang beraktifitas car free day di Lapangan Sempur.
Seperti rancangan Sofie dan Regi yang menampilkan busana adat Nusa Tenggara Timur, menggunakan bahan dasar banner, dihiasi cangkang telur, dan motif berbahan biji pinus, biji saga, serta shuttle cocks sebagai hiasa kalung.
"Ini modalnya hanya Rp23.500, semua bahan saya dapat gratis, hanya ada beberapa yang saya beli," kata Sofie.
Kreasi menarik lainnya ditampilkan Sinda Alianita, busana adat suku Dayak, yang menggunakan bahan dasar jas hujan bekas untuk pakaian atas, untuk rok menggunakan taplak meja bekas serta sarung bantal dan kain perca bekas dekorasi.
Untuk asesoris topi Dayak yang dikenalan ia buat dari bulu ayam bekas kemoceng, begitu juga topeng dibuat dari bahan bubur kertas.
"Saya cuma keluar modal untuk beli lem saja. Baju jas hujan bekas ini saya punya waktu SMA dulu tidak kepakai lagi," kata Sinda.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Peragaan busana berbahan dasar barang bekas ini menampilkan tujuh busana karya mahasiswa IPB yang akan dilombakan bersama peserta umum lainnya selama satu bulan menjelang kegitan INDEX FEMA IPB 2014 yang digelar 2 November mendatang.
"Fashion show ini menjadi momentum mengajak mengelolah limbah yang ada bisa menjadi gaya hidup baru," kata Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB, Arif Satria.
Arif mengatakan, peragaan busana merupakan simbol gaya hidup, dengan menggunakan bahan daur ulang dapat menjadi simbol gaya hidup hijau.
"Ini merupakan gerakan kultural yang bisa memecah masalah lingkungan, kalau semua orang merubah gaya hidup lebih pro lingkungan. Kerusakan alam akibat pencemaran lingkungan dapat diminimalisir," kata Arif.
Lebih lanjut dijelaskan Humas INDEX FEMA IPB 2014, Umu Rohma menyebutkan, kegiatan Indonesian Ecology Expo merupakan agenda tahunan Fakultas Ekologi Manusi IPB yang tahun ini memasuki kedelapan kali kegiatan.
Terkait kegiatan peragaan busana daur ulang, lanjut Umu, akan dilombakan terbuka untuk umum. Puncak dari perlombaan tersebut pada 2 November mendatang dimana akan menghadirkan perancang busana Barli Asmara selaku juri.
"Fashion show ini yang kedua kita selenggarakan dalam INDEX, tahun lalu yang juara justru dari murid SMA Kota Bogor," kata Umum.
Peragaan busana berbahan dasar barang bekas tersebut cukup unik menarik perhatian ribuan warga Kota Bogor yang sedang beraktifitas car free day di Lapangan Sempur.
Seperti rancangan Sofie dan Regi yang menampilkan busana adat Nusa Tenggara Timur, menggunakan bahan dasar banner, dihiasi cangkang telur, dan motif berbahan biji pinus, biji saga, serta shuttle cocks sebagai hiasa kalung.
"Ini modalnya hanya Rp23.500, semua bahan saya dapat gratis, hanya ada beberapa yang saya beli," kata Sofie.
Kreasi menarik lainnya ditampilkan Sinda Alianita, busana adat suku Dayak, yang menggunakan bahan dasar jas hujan bekas untuk pakaian atas, untuk rok menggunakan taplak meja bekas serta sarung bantal dan kain perca bekas dekorasi.
Untuk asesoris topi Dayak yang dikenalan ia buat dari bulu ayam bekas kemoceng, begitu juga topeng dibuat dari bahan bubur kertas.
"Saya cuma keluar modal untuk beli lem saja. Baju jas hujan bekas ini saya punya waktu SMA dulu tidak kepakai lagi," kata Sinda.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014