Denpasar (Antara Bali) - Sandra Olivia Frans, sarjana kedokteran asal Nusa Tenggara Timur antusias dapat mengikuti program beasiswa pendidikan lanjutan di Australia mulai Januari 2015.
"Ini merupakan kesempatan bagi saya untuk belajar pendidikan lebih lanjut di Australia," kata seorang peraih beasiswa pendidikan Australia Awards, Sandra Olivia Frans saat merayakan malam pelepasan peraih beasiswa di Konsulat Jenderal Australia di Denpasar, Jumat.
Sarjana Fakultas Kedokteran dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur itu rencananya akan menempuh pendidikan gratis secara penuh di Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Melbourne mulai Januari tahun depan.
Perempuan 26 tahun dari So`e, Nusa Tenggara Timur, itu mengaku mengirimkan aplikasi sejak Juli 2013 hingga akhirnya menjalani pra-keberangkatan di salah satu lembaga kursus bahasa Inggris di Denpasar selama 4,5 bulan sebelum bertolak ke Australia.
"Kriteria dan persyaratannya mudah tetapi skor tes kemampuan bahasa Inggris minimal 500 dan memiliki pengalaman bekerja," ucapnya.
Konsul Konsulat Jenderal Australia di Denpasar, Majell Hind mengatakan bahwa satu hal terpenting yang harus dipenuhi adalah nilai indeks prestasi atau "grade point averange" (GPA) yakni minimum 2,9. Sedangkan untuk pelamar dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat minimum 2,75.
Sedangkan untuk tes bahasa Inggris "IELTS" minimum yang harus dipenuhi mencapai nilai 5.0.
Majell lebih lanjut menjelaskan bahwa "Australian Awards" telah banyak memberikan kesempatan bagi pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan dan pelatihan di negeri kanguru itu.
Setiap tahun, pihaknya memberikan sekitar 500 beasiswa dengan 150 di antaranya sebagian besar diraih oleh pelajar dari Indonesia Timur seperti Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat.
Sedangkan dari jumlah itu pelajar dari Pulau Dewata rata-rata mendapat beasiswa per tahun mencapai 30-50 orang.
"Ini merupakan program yang luar biasa. Sudah banyak yang kembali untuk berkontribusi sebagai guru, politisi, pebisnis atau menjalankan kegiatan amal dengan membawa pengalaman selama belajar di Australia," katanya.
Beasiswa yang diberikan merupakan beasiswa pendidikan gratis selama rentang waktu dua hingga tiga tahun dan mengharuskan penerima beasiswa untuk kembali ke Indonesia untuk mengimplentasikan ilmunya kepada masyarakat.
Tingginya minat pelajar Indonesia itu juga mendorong pemerintah Australia meningkat beasiswa sejak lima tahun sebelumnya berjumlah 300 beasiswa kini bertambah sejak Januari 2014 menjadi 500 beasiswa. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Ini merupakan kesempatan bagi saya untuk belajar pendidikan lebih lanjut di Australia," kata seorang peraih beasiswa pendidikan Australia Awards, Sandra Olivia Frans saat merayakan malam pelepasan peraih beasiswa di Konsulat Jenderal Australia di Denpasar, Jumat.
Sarjana Fakultas Kedokteran dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur itu rencananya akan menempuh pendidikan gratis secara penuh di Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Melbourne mulai Januari tahun depan.
Perempuan 26 tahun dari So`e, Nusa Tenggara Timur, itu mengaku mengirimkan aplikasi sejak Juli 2013 hingga akhirnya menjalani pra-keberangkatan di salah satu lembaga kursus bahasa Inggris di Denpasar selama 4,5 bulan sebelum bertolak ke Australia.
"Kriteria dan persyaratannya mudah tetapi skor tes kemampuan bahasa Inggris minimal 500 dan memiliki pengalaman bekerja," ucapnya.
Konsul Konsulat Jenderal Australia di Denpasar, Majell Hind mengatakan bahwa satu hal terpenting yang harus dipenuhi adalah nilai indeks prestasi atau "grade point averange" (GPA) yakni minimum 2,9. Sedangkan untuk pelamar dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat minimum 2,75.
Sedangkan untuk tes bahasa Inggris "IELTS" minimum yang harus dipenuhi mencapai nilai 5.0.
Majell lebih lanjut menjelaskan bahwa "Australian Awards" telah banyak memberikan kesempatan bagi pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan dan pelatihan di negeri kanguru itu.
Setiap tahun, pihaknya memberikan sekitar 500 beasiswa dengan 150 di antaranya sebagian besar diraih oleh pelajar dari Indonesia Timur seperti Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat.
Sedangkan dari jumlah itu pelajar dari Pulau Dewata rata-rata mendapat beasiswa per tahun mencapai 30-50 orang.
"Ini merupakan program yang luar biasa. Sudah banyak yang kembali untuk berkontribusi sebagai guru, politisi, pebisnis atau menjalankan kegiatan amal dengan membawa pengalaman selama belajar di Australia," katanya.
Beasiswa yang diberikan merupakan beasiswa pendidikan gratis selama rentang waktu dua hingga tiga tahun dan mengharuskan penerima beasiswa untuk kembali ke Indonesia untuk mengimplentasikan ilmunya kepada masyarakat.
Tingginya minat pelajar Indonesia itu juga mendorong pemerintah Australia meningkat beasiswa sejak lima tahun sebelumnya berjumlah 300 beasiswa kini bertambah sejak Januari 2014 menjadi 500 beasiswa. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014