Semarapura (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Klungkung, Bali melakukan pemugaran untuk renovasi terhadap objek wisata Kertagosa "saksi bisu" kejayaan Kerajaan Klungkung mendapat protes dari sejumlah kalangan.

"Protes itu akibat cara pengerjaan proyek, karena warisan zaman kerajaan itu mengandung nilai sejarah dan seni yang tinggi," kata Maestro Seni Lukis Bali I Nyoman Gunarsa yang memprotes renovasi tersebut, Minggu.

Ia mengaku, prihatin terhadap pemugaran dua bagunan utama yakni Bale Kertagosa dan Bale Gili, karena kedua bangunan itu mengandung sejarah dan seni yang tinggi. Di bagian atap ada lukisan klasik Kamasan yang kuno dan mempunyai nilai sejarah luar biasa.

Pihaknya mendapat komplin dari luar negeri, yakni pemerhati budaya Bali di mancanegara.

Komplin itu akibat renovasi terhadap kedua bangunan bersejarah dilakukan tidak bersifat restorasi yang berstandar internasional.

Mestinya perbaikan tersebut wajib melibatkan tokoh seni dan budayawan setempat yang paham akan seni lukis klasik Bali. Hal itu dilakukan agar lukisan yang ada di bagian atas bagunan tetap bisa dipertahankan dan tidak rusak.

Gunarsa mengaku, pihaknya sangat peduli dengan maha karya agung Seni Lukis Klasik Bali yang menghiasi dua bagunan tersebut yakni Taman Gili atau Bale Kambang dan Balai Kertagosa.

"Saya dapat komplin kalau perbaikan bagunan tersebut pembongkaranya asal-asalan sehingga dikhawatirkan akan merusak lukisan dan benda benda yang bernilai sejarah," ujar Gunarsa.

Uniknya komplin tersebut datang dari luar negeri yang ditujukan langsung kepada pihaknya yang mengelola Museum Seni Lukis Klasik Bali yang ada di Klungkung.

"Pembongkaranya asal-asalan tidak mengikuti kaidah restorasi benda budaya secara internasional," ujarnya. Gunarsa mengkritik Pemkab Klungkung serta pengelola kalau wisatawan mancanegara yang melihat Kertagosa selama ini adalah wisman yang tidak tahu atau tidak mengerti tentang Kertagosa.

Padahal sebagian wisman tersebut sangat paham seni dan tahu akan peninggalan bernilai sejarah tinggi.

"Saya ikut prihatin dan sedih mendengarnya," ujar Gunarsa yang juga sebagai Pembina Listibya Klungkung,

Ia menyarankan Pemkab Klungkung sebelum melakukan restorasi terhadap bagunan bersejarah agar menunjuk tim untuk ikut dalam proses perbaikan tersebut.

"Minimal kontraktor atau penggarap agar didampingi tokoh seni dan budayawan agar peninggalan sejarah tersebut tidak sampai rusak," ujarnya.

"Sekarang ini jagankan melibatkan seniman dan budayawan, konsultasi saja dengan mereka dan Listibya saja tidak ada, tambahnya.

Menurut Gunarsa belum terlambat dan berharap agar karya seni yang ada dalam bagunan tersebut tidak rusak dan dapat dilestarikan untuk generasi mendatang.

Di antaranya adalah lukisan klasik, pembongkaran dan menaruh karya lukisan tua tersebut juga perlu diperhatikan agar tidak rusak.

"Kalau tidak bagus cara membukanya dan menaruhnya warna bisa pudar," ujarnya.

Ia mengharapkan perbaikan yang dilakukan terhadap Kertagosa jangan sepengal sepengal tapi secara menyeluruh. Restorasi yang dilakukan harus total sehingga tidak compang camping.

Hanya saja perbaikan kali ini akan dilakukan pada bagian atap tidak sampai pondasinya.

Soal pendanaan menurut Gunarsa bisa mohon dana dari pemerintah pusat bahkan internasional.

Gunarsa menegaskan krtitikan tersebut karena peduli dengan Kertagosa tidak bermaksud untuk mendapatkan proyek tersebut.

"Saya merasa terpanggil saja karena karya seni yang agung tersebut ada di kampung halaman saya," ujar mantan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. (WDY)

Pewarta: Oleh Putu Arthayasa

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014