Denpasar (Antara Bali) - Pengelola Museum Renaissance Antonio Blanco, Mario Blanco mengatakan keberadaan museum tidak hanya sekadar memamerkan lukisan karya almarhum Antonio, tetapi museum tersebut diharapkan menjadi pusat pelestarian dan pengetahuan generasi penerus.

"Keberadaan museum ini tak sekadar memajang karya seni almarhum Antonio Blanco, tetapi akan menjadi pusat pengetahuan kepada generasi muda. Karena itu anak-anak sekolah memiliki kewajiban untuk mengunjungi museum, salah satunya ke museum ini," katanya di sela-sela acara "Charity Dinner" di Ubud, Bali, Sabtu malam.

Ia mengatakan museum tersebut mulai dibangun pada 28 Desember 1998 dan diresmikan museum yang diberi nama "The Blanco Renaissance Museum" pada 15 September 2001.

"Museum ini memang dibangun untuk mengenang dan memamerkan karya-karya besar Antonio Blanco yang banyak memperkenalkan objek budaya Bali kepada dunia," katanya.

Mario menjelaskan, museum tersebut dibangun di atas areal seluas 20.000 meter persegi dengan bangunan bergaya Eropa. Namun berbagai ornamen khas Bali, tetap menjadi ciri khas dari museum.

Ia mengatakan di depan pintu masuk museum, dipajang foto Antonio Blanco yang melambangkan kepercayaan orang Bali sebagai penolak bala.

Pada bagian atap museum, terdapat sebuah replika telinga yang sengaja dibuat sesuai pesan Antonio Blanco. Sebab, jika kelak meninggal, ia tetap ingin mendengar pujian maupun kritikan terhadap karya-karyanya.

Mengunjungi museum ini, kata dia, wisatawan dapat menyaksikan sekitar 300 koleksi lukisan Antonio Blanco yang dibuat antara 1937 hingga 1999 dengan memperlihatkan tahapan-tahapan pencapaian estetik dari sejak memulai kariernya hingga karya yang paling mutakhir.

Lukisan-lukisan Antonio Blanco dipamerkan di lantai satu dan lantai dua. Tema lukisan yang ada pada umumnya mengekplorasi tubuh perempuan Bali, termasuk istrinya (Ni Rondji) dan putri pertamanya, Tjempaka Blanco.

Eksplorasi yang brilian terhadap objek tubuh perempuan mengantarkannya sebagai seorang pelukis kenamaan dengan aliran "impresionis romantis"

Sementara itu, Sony Tulung, Founder Team Communication mengaku sangat kagum melihat museum Antonio Blanco, karena karya-karyanya yang begitu mempesona dan seakan yang berkunjung ke museum ini tidak akan sekali datang, tapi ingin berulang-ulang datang.

"Saya sangat kagum dengan karya seni lukis Antonio Blanco. Keberadaan museum ini sebagai bukti dan perlu dilestarikan, bahwa dalam peradaban manusia telah lahir karya-karya yang harus dilestarikan dan diteruskan bagi generasi muda," katanya.

Dikatakan, aliran seni di Ubud yang diawali pelukis terkenal Antonio Blanco akan memberi inspirasi kepada seniman lainnya yang bisa melahirkan karya yang adiluhung tersebut dalam berbagai aliran seni lukis.

Menurut panitia penyelenggara malam amal, bahwa hasil dari kegiatan itu nantinya akan disumbangkan kepada Yayasan Basa Bali dan Sanggar Tari Sandhi Muni Kumara, yakni sanggar tari anak-anak disabilitas.

"Ini sebagai bentuk kepedulian kami dan apresiasi kami sebagai penyelenggara untuk membantu kepada pihak-pihak yang peduli kepada kebudayaan dan kesenian itu," kata panitia penyelenggara, Ayu Mandala. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014