Jakarta (Antara Bali) - Menteri Keuangan Chatib Basri memastikan belanja negara dalam RAPBN 2015 naik menjadi Rp2.019,9 triliun sebagai akibat dari tingginya beban belanja subsidi energi terutama untuk Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Subsidi BBM meningkat karena adanya carry over sebesar Rp44,6 triliun, jadi meskipun subsidi listrik turun, implikasinya besar di subsidi BBM," kata Chatib dalam konferensi pers pokok-pokok kebijakan fiskal dan postur RAPBN 2015 yang dihadiri para menteri terkait bidang ekonomi di Jakarta, Jumat.
Belanja negara dalam RAPBN 2015 yang diproyeksikan Rp2.019,9 triliun, lebih tinggi dari pagu belanja negara dalam APBN-Perubahan 2014 sebesar Rp1.876,8 triliun, atau ada selisih Rp143,1 triliun.
Belanja subsidi energi untuk BBM dalam RAPBN 2015 diproyeksikan sebesar Rp291,1 triliun atau meningkat dari pagu APBN-Perubahan 2014 sebesar Rp246,5 triliun, sedangkan subsidi listrik justru mengalami penurunan dari Rp103,8 triliun menjadi Rp72,4 triliun.
Selain itu, peningkatan belanja negara terjadi karena adanya peningkatan 20 persen anggaran pendidikan dan penambahan dana transfer ke daerah dari sebelumnya dalam APBN-Perubahan 2014 sebesar Rp597 triliun menjadi Rp640 triliun di RAPBN-Perubahan 2015.
"Kalau belanja subsidi naik, maka anggaran pendidikan juga naik. Total APBN juga naik karena transfer daerah naik Rp43 triliun menjadi Rp640 triliun. Itu yang menyebabkan belanja negara mendekati angka Rp200 triliun," kata Menkeu.
Pemerintah telah menetapkan arah kebijakan subsidi tahun depan yaitu menjaga stabilitas harga, membantu masyarakat miskin dan menjaga daya beli, meningkatkan produktivitas dan menjaga pasokan dengan harga terjangkau serta meningkatkan daya saing dan akses permodalan UMKM.
Khusus, untuk subsidi BBM, pemerintah berupaya meningkatkan efisiensi anggaran subsidi, mengurangi konsumsi secara bertahap, melanjutkan konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG), melanjutkan pengendalian dan mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Subsidi BBM meningkat karena adanya carry over sebesar Rp44,6 triliun, jadi meskipun subsidi listrik turun, implikasinya besar di subsidi BBM," kata Chatib dalam konferensi pers pokok-pokok kebijakan fiskal dan postur RAPBN 2015 yang dihadiri para menteri terkait bidang ekonomi di Jakarta, Jumat.
Belanja negara dalam RAPBN 2015 yang diproyeksikan Rp2.019,9 triliun, lebih tinggi dari pagu belanja negara dalam APBN-Perubahan 2014 sebesar Rp1.876,8 triliun, atau ada selisih Rp143,1 triliun.
Belanja subsidi energi untuk BBM dalam RAPBN 2015 diproyeksikan sebesar Rp291,1 triliun atau meningkat dari pagu APBN-Perubahan 2014 sebesar Rp246,5 triliun, sedangkan subsidi listrik justru mengalami penurunan dari Rp103,8 triliun menjadi Rp72,4 triliun.
Selain itu, peningkatan belanja negara terjadi karena adanya peningkatan 20 persen anggaran pendidikan dan penambahan dana transfer ke daerah dari sebelumnya dalam APBN-Perubahan 2014 sebesar Rp597 triliun menjadi Rp640 triliun di RAPBN-Perubahan 2015.
"Kalau belanja subsidi naik, maka anggaran pendidikan juga naik. Total APBN juga naik karena transfer daerah naik Rp43 triliun menjadi Rp640 triliun. Itu yang menyebabkan belanja negara mendekati angka Rp200 triliun," kata Menkeu.
Pemerintah telah menetapkan arah kebijakan subsidi tahun depan yaitu menjaga stabilitas harga, membantu masyarakat miskin dan menjaga daya beli, meningkatkan produktivitas dan menjaga pasokan dengan harga terjangkau serta meningkatkan daya saing dan akses permodalan UMKM.
Khusus, untuk subsidi BBM, pemerintah berupaya meningkatkan efisiensi anggaran subsidi, mengurangi konsumsi secara bertahap, melanjutkan konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG), melanjutkan pengendalian dan mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014