Denpasar (Antara Bali) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali meminta masyarakat lebih waspada karena beberapa waktu terakhir seringkali anjing yang positif rabies tidak lagi menunjukkan gejala klinis.
"Sekarang ini banyak sekali anjing rabies yang tidak menunjukkan gejala klinis dari sisi penampilan fisiknya, tetapi mendadak menggigit manusia. Kalau sudah menggigit dua hingga tiga orang, itu bisa dicurigai positif rabies," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Putu Sumantra, di Denpasar, Senin.
Menurut dia, kemungkinan besar anjing yang pernah kontak dengan anjing positif rabies akan tertular virus mematikan tersebut. Penularan antara sesama anjing terjadi karena umumnya mereka suka berkelahi dan saling menggigit, sehingga ketika sedikit saja gigi dari anjing positif rabies masuk ke anggota tubuh anjing lainnya, maka anjing yang digigit itupun akhirnya membawa virus rabies.
"Vaksin yang diberikan pada anjing yang sudah terkena virus rabies tersebut pun tidak akan ada gunanya karena mereka sudah terlanjur membawa virus dan akan sangat berbahaya ketika menggigit manusia. Oleh karena itu, langkah yang sebaiknya dilakukan hanya melalui eliminasi dan sampelnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan," ujarnya.
Sumantra sangat mengharapkan peran aktif masyarakat untuk melaporkan kalau di sekitar kawasan tempat tinggal pernah ditemukan anjing yang positif rabies dan selanjutnya memberikan kesempatan pada petugas untuk melakukan pengecekan.
"Kami juga mengharapkan masyarakat mengikhlaskan anjingnya untuk dieliminasi ketika anjing itu sudah pernah kontak dengan anjing positif rabies ataupun sudah pernah menggigit lebih dari dua orang," ucapnya.
Apalagi, tambah dia, ketika anjing yang pernah kontak itu mempunyai riwayat belum pernah divaksin. Berdasarkan temuan kasus selama ini, mayoritas anjing yang belum divaksin dan pernah kontak dengan anjing yang positif rabies, akhirnya menjadi positif rabies juga.
"Memang untuk memastikan hasilnya, sampel dari otak anjing harus dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan," katanya.
Di sisi lain, lanjut Sumantra, bagi masyarakat di suatu daerah yang belum ditemukan kasus positif rabies, tolonglah anjing-anjing peliharannya divaksinasi. Pihaknya tetap akan melakukan vaksinasi melalui metode penyisiran, meskipun jadwal vaksinasi massal tahap kelima tahun ini sudah berakhir pada 31 Juli 2014 dengan target dapat memvaksin 325 ribu anjing. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sekarang ini banyak sekali anjing rabies yang tidak menunjukkan gejala klinis dari sisi penampilan fisiknya, tetapi mendadak menggigit manusia. Kalau sudah menggigit dua hingga tiga orang, itu bisa dicurigai positif rabies," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Putu Sumantra, di Denpasar, Senin.
Menurut dia, kemungkinan besar anjing yang pernah kontak dengan anjing positif rabies akan tertular virus mematikan tersebut. Penularan antara sesama anjing terjadi karena umumnya mereka suka berkelahi dan saling menggigit, sehingga ketika sedikit saja gigi dari anjing positif rabies masuk ke anggota tubuh anjing lainnya, maka anjing yang digigit itupun akhirnya membawa virus rabies.
"Vaksin yang diberikan pada anjing yang sudah terkena virus rabies tersebut pun tidak akan ada gunanya karena mereka sudah terlanjur membawa virus dan akan sangat berbahaya ketika menggigit manusia. Oleh karena itu, langkah yang sebaiknya dilakukan hanya melalui eliminasi dan sampelnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan," ujarnya.
Sumantra sangat mengharapkan peran aktif masyarakat untuk melaporkan kalau di sekitar kawasan tempat tinggal pernah ditemukan anjing yang positif rabies dan selanjutnya memberikan kesempatan pada petugas untuk melakukan pengecekan.
"Kami juga mengharapkan masyarakat mengikhlaskan anjingnya untuk dieliminasi ketika anjing itu sudah pernah kontak dengan anjing positif rabies ataupun sudah pernah menggigit lebih dari dua orang," ucapnya.
Apalagi, tambah dia, ketika anjing yang pernah kontak itu mempunyai riwayat belum pernah divaksin. Berdasarkan temuan kasus selama ini, mayoritas anjing yang belum divaksin dan pernah kontak dengan anjing yang positif rabies, akhirnya menjadi positif rabies juga.
"Memang untuk memastikan hasilnya, sampel dari otak anjing harus dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan," katanya.
Di sisi lain, lanjut Sumantra, bagi masyarakat di suatu daerah yang belum ditemukan kasus positif rabies, tolonglah anjing-anjing peliharannya divaksinasi. Pihaknya tetap akan melakukan vaksinasi melalui metode penyisiran, meskipun jadwal vaksinasi massal tahap kelima tahun ini sudah berakhir pada 31 Juli 2014 dengan target dapat memvaksin 325 ribu anjing. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014