Denpasar (Antara Bali) - Komisi VII DPR mendorong munculnya lebih banyak energi terbarukan di Bali sebagai upaya mewujudkan kemandirian listrik di Pulau Dewata.
Ketua Komisi VII DPR-RI S Milton Pakpahan dalam kunjungan kerjanya bersama rombongan di Denpasar, Senin, mengemukakan dorongan tersebut dilakukan menyusul sempat terjadinya listrik padam total (blackout) yang melanda Bali pada Sabtu (12/7) akibat cuaca buruk.
"Sebagai destinasi wisata utama, kejadian yang menyebabkan Bali gelap gulita tersebut seharusnya dapat diantisipasi," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Pakpahan, pihaknya akan terus berupaya mendorong pengembangan sektor energi kelistrikan di Tanah Air melalui riset dan teknologi.
Ia mengemukakan, secara nasional rasio elektrifikasi sudah cukup bagus yaitu mencapai 81,51 persen. Demikian juga dengan Bali sudah cukup bagus yaitu rasionya mencapai 79,28 persen. Namun, masih perlu terus didorong munculnya lebih banyak energi terbarukan untuk mewujudkan kemandirian listrik Bali.
Hal senada juga disampaikan anggota Komisi VII Sutan Bhatoegana.
Menurut dia, Bali bukan hanya menjadi jendela Indonesia, namun sudah menjadi jendela dunia. "Apa yang terjadi di Bali akan menjadi perhatian dan sorotan dunia," ujarnya.
Karena itu, dia sepakat dengan Pakpahan kalau Bali perlu mendapat perhatian khusus, terutama dalam kesediaan energi. Bahkan dia mengajukan ide agar Bali bisa menjadi proyek percontohan pengembangan bahan bakar nabati.
"Selain ramah lingkungan, proyek ini nantinya juga bisa mempercantik alam Bali. Misalnya, kita kembangkan sumber energi nabati dari biji bunga matahari. Jika diseriusi, ide ini sangat mungkin untuk dikembangkan," kata Bhatoegana.
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta menyampaikan terima kasih atas apresiasi jajaran Komisi VII DPR. Mengenai kelistrikan, hingga saat ini pasokan listrik untuk Bali mencapai 794,752 kwh dengan cadangan 19,8 MW.
Dari jumlah tersebut, sebagian memang masih dipasok dari Pulau Jawa, sehingga bila ada gangguan suplai, kejadian blackout tidak dapat dihindari.
"Bagi kami, listrik merupakan kebutuhan vital yang harus dijaga ketersediaannya. Untuk itu, Pemprov Bali terus berupaya mencari terobosan untuk menciptakan sumber energi terbarukan. Sumber yang mulai digarap di antaranya energi matahari, angin dan juga dari pengolahan sampah," katanya.
Untuk mengoptimalkan pengembangan tersebut, Sudikerta sangat berharap sumber pendanaan dari pemerintahan pusat.
Di sisi lain, dalam kesempatan itu Sudikerta kembali menitipkan aspirasi agar Bali mendapat dana perimbangan yang lebih besar dari sektor pariwisata. Untuk itu, dia berharap ada revisi UU yang mengatur regulasi keuangan negara.
"Karena dalam UU tersebut dana perimbangan hanya terkait dengan sumber daya alam, sementara kami kan mengandalkan sektor jasa yang menyumbang devisa sekitar Rp40 triliun," ujarnya.
Pihaknya berharap peraturan tersebut nantinya mengedepankan semangat keadilan dan pemerataan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Ketua Komisi VII DPR-RI S Milton Pakpahan dalam kunjungan kerjanya bersama rombongan di Denpasar, Senin, mengemukakan dorongan tersebut dilakukan menyusul sempat terjadinya listrik padam total (blackout) yang melanda Bali pada Sabtu (12/7) akibat cuaca buruk.
"Sebagai destinasi wisata utama, kejadian yang menyebabkan Bali gelap gulita tersebut seharusnya dapat diantisipasi," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Pakpahan, pihaknya akan terus berupaya mendorong pengembangan sektor energi kelistrikan di Tanah Air melalui riset dan teknologi.
Ia mengemukakan, secara nasional rasio elektrifikasi sudah cukup bagus yaitu mencapai 81,51 persen. Demikian juga dengan Bali sudah cukup bagus yaitu rasionya mencapai 79,28 persen. Namun, masih perlu terus didorong munculnya lebih banyak energi terbarukan untuk mewujudkan kemandirian listrik Bali.
Hal senada juga disampaikan anggota Komisi VII Sutan Bhatoegana.
Menurut dia, Bali bukan hanya menjadi jendela Indonesia, namun sudah menjadi jendela dunia. "Apa yang terjadi di Bali akan menjadi perhatian dan sorotan dunia," ujarnya.
Karena itu, dia sepakat dengan Pakpahan kalau Bali perlu mendapat perhatian khusus, terutama dalam kesediaan energi. Bahkan dia mengajukan ide agar Bali bisa menjadi proyek percontohan pengembangan bahan bakar nabati.
"Selain ramah lingkungan, proyek ini nantinya juga bisa mempercantik alam Bali. Misalnya, kita kembangkan sumber energi nabati dari biji bunga matahari. Jika diseriusi, ide ini sangat mungkin untuk dikembangkan," kata Bhatoegana.
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta menyampaikan terima kasih atas apresiasi jajaran Komisi VII DPR. Mengenai kelistrikan, hingga saat ini pasokan listrik untuk Bali mencapai 794,752 kwh dengan cadangan 19,8 MW.
Dari jumlah tersebut, sebagian memang masih dipasok dari Pulau Jawa, sehingga bila ada gangguan suplai, kejadian blackout tidak dapat dihindari.
"Bagi kami, listrik merupakan kebutuhan vital yang harus dijaga ketersediaannya. Untuk itu, Pemprov Bali terus berupaya mencari terobosan untuk menciptakan sumber energi terbarukan. Sumber yang mulai digarap di antaranya energi matahari, angin dan juga dari pengolahan sampah," katanya.
Untuk mengoptimalkan pengembangan tersebut, Sudikerta sangat berharap sumber pendanaan dari pemerintahan pusat.
Di sisi lain, dalam kesempatan itu Sudikerta kembali menitipkan aspirasi agar Bali mendapat dana perimbangan yang lebih besar dari sektor pariwisata. Untuk itu, dia berharap ada revisi UU yang mengatur regulasi keuangan negara.
"Karena dalam UU tersebut dana perimbangan hanya terkait dengan sumber daya alam, sementara kami kan mengandalkan sektor jasa yang menyumbang devisa sekitar Rp40 triliun," ujarnya.
Pihaknya berharap peraturan tersebut nantinya mengedepankan semangat keadilan dan pemerataan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014