Gunung Kidul
(Antara Bali) - Tim dari The United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization atau UNESCO mengunjungi kawasan Gunungsewu di
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menilai apakah
kawasan Gunungsewu layak masuk jaringan global geopark network atau
tidak.
Tim tersebut awalnya dua orang, yakni Cristine Rangnes dan Zhang Yuanhai, namun karena Zhang tidak mendapatkan visa, maka gagal ikut. Cristine langsung mengunjungi sekretariat geopark di kantor Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunung Kidul, Minggu.
Ia disambut Bupati Gunung Kidul Badingah dengan kalungan bunga. Juga mendapatkan kenang-kenangan berupa batik khas Gunung Kidul motif "walang".
Penilaian yang dilakukan UNESCO hingga 8 Juli 2014.
Sekretaris Daerah Gunung Kidul Budi Martana mengatakan penilaian awalnya akan dimulai dari Gunung Kidul, dibalik menjadi Pacitan-Wonogiri-Gunung Kidul.
Selain melakukan penilaian, melalui kunjungan ini juga untuk melakukan pengamatan guna membuktikan kebenaran dokumen yang dikirim ke UNESCO, yang memperoleh penilaian lulus tanpa catatan.
"Besok Senin mulai dari Pacitan, kemudian menginap di Wonogiri sehari, dan melakukan penilaian. Selanjutnya ke Gunung Kidul selama dua hari," kata Budi.
Selama di Gunung Kidul, kata dia, tim penilai itu akan melakukan penilaian terhadap geosit yang terdiri atas Gua Pindul, Pantai Wedi Ombo, gunung api purba Nglanggeran, dan untuk "geoproduct" di desa wisata Bobung. "Seluruh lokasi sudah siap dikunjungi," katanya.
Lokasi yang akan dikunjungi sebelumnya telah dipersiapkan, dan juga memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat.
"Pelatihan sudah dilakukan secara marathon, bahkan sudah melakukan kunjungan ke Batur, Bali," kata Budi.
Ia mengatakan Indonesia sendiri mengusulkan dua lokasi untuk masuk dalam jaringan global geopark network yakni Gunungsewu dan Merangin, Jambi.
"Semuanya memiliki spesifikasi sendiri-sendiri, namun kita tetap opotimistis masuk," kata dia.
(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Tim tersebut awalnya dua orang, yakni Cristine Rangnes dan Zhang Yuanhai, namun karena Zhang tidak mendapatkan visa, maka gagal ikut. Cristine langsung mengunjungi sekretariat geopark di kantor Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunung Kidul, Minggu.
Ia disambut Bupati Gunung Kidul Badingah dengan kalungan bunga. Juga mendapatkan kenang-kenangan berupa batik khas Gunung Kidul motif "walang".
Penilaian yang dilakukan UNESCO hingga 8 Juli 2014.
Sekretaris Daerah Gunung Kidul Budi Martana mengatakan penilaian awalnya akan dimulai dari Gunung Kidul, dibalik menjadi Pacitan-Wonogiri-Gunung Kidul.
Selain melakukan penilaian, melalui kunjungan ini juga untuk melakukan pengamatan guna membuktikan kebenaran dokumen yang dikirim ke UNESCO, yang memperoleh penilaian lulus tanpa catatan.
"Besok Senin mulai dari Pacitan, kemudian menginap di Wonogiri sehari, dan melakukan penilaian. Selanjutnya ke Gunung Kidul selama dua hari," kata Budi.
Selama di Gunung Kidul, kata dia, tim penilai itu akan melakukan penilaian terhadap geosit yang terdiri atas Gua Pindul, Pantai Wedi Ombo, gunung api purba Nglanggeran, dan untuk "geoproduct" di desa wisata Bobung. "Seluruh lokasi sudah siap dikunjungi," katanya.
Lokasi yang akan dikunjungi sebelumnya telah dipersiapkan, dan juga memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat.
"Pelatihan sudah dilakukan secara marathon, bahkan sudah melakukan kunjungan ke Batur, Bali," kata Budi.
Ia mengatakan Indonesia sendiri mengusulkan dua lokasi untuk masuk dalam jaringan global geopark network yakni Gunungsewu dan Merangin, Jambi.
"Semuanya memiliki spesifikasi sendiri-sendiri, namun kita tetap opotimistis masuk," kata dia.
(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014