Denpasar (Antara Bali) - PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) memberi akses domain digitalisasi buku-buku dalam upaya mempermudah masyarakat mengakses koleksi perpustakaan provinsi.
Executive General Manager Divisi Solution Convegence PT Telkom, Achmad Sugiarto di Denpasar, Kamis, mengatakan, pihaknya berupaya mengumpulkan cerita rakyat Nusantara yang dipublikasikan melalui Qbaca dalam bentuk eBook.
"Saat ini sekitar 300-an buku yang sudah dipublikasikan. Itu bisa diakses secara gratis. Dan, Provinsi Bali penyumbang terbesar cerita rakyat Nusantara itu," katanya.
Ia mengatakan, dari hasil koordinasi dengan Pemerintah Bali, di Pulau Dewata ternyata menyimpan hampir 1.000 judul cerita rakyat.
"Semua cerita lokal dari Bali. Sudah 130-an buku yang dipublikasikan. Sementara 70 buku masih dalam proses aploud," kata Sugiarto yang didampingi Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Bali, Luh Putu Hariyani.
Ia menjelaskan, dalam eBook dan Qbaca ini terdapat cerita rakyat dari seluruh provinsi di Indonesia.
"Kami bekerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesia. Di 34 provinsi di Indonesia yang ada cerita rakyatnya," ujarnya.
Sugiarto mengatakan, digitalisasi cerita rakyat tersebut agar seluruh lapisan masyarakat mudah mengakses cerita rakyat dari berbagai provinsi.
"Kita ingin orang mudah mengakses. Itu sebabnya arsip konvensional digitalkan. Apalagi dari pantauan kami, cerita rakyat di perpustakaan hanya ada satu buku, tidak ada soft copy-nya," ucapnya.
Telkom sendiri mengambil peranan ini karena ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara, kata Sugiarto, yang memiriskan adalah buku asli Raden Ajeng Kartini justru berada di Perpustakaan Belanda.
"Cerita rakyat Sulawesi Selatan tentang `Laga-Ligo` itu dikenalkan oleh bangsa lain, bukan di dalam negeri. Belum lama ini diperkenalkan oleh Australia. Ini yang membuat kita miris," katanya.
Padahal, kata dia, bangsa yang kuat tentu saja bangsa yang tahu tentang sejarahnya. "Bangsa yang menang di dunia ini adalah kalau dia bisa menceritakan tentang bangsanya," katanya.
Tahun depan, Sugiarto lebih lanjut mengatakan, cerita rakyat ini akan dibawa ke Frankfurt, Jerman, untuk dipamerkan dalam "book fair" terbesar di dunia.
"Tahun 2015 akan dipamerkan di `book fair`. Di luar negeri itu orang lebih banyak baca bukunya ketimbang bermain game. Di Indonesia kebalikannya. Ini yang tengah kami gugah," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Bali, Ni Luh Putu Haryani menyambut baik apa yang tengah dilakukan Telkom.
"Tujuannya agar anak-anak rajin membaca, tahu perkembangan dunia, dan wawasan kita pasti beda. Minat baca meningkat," katanya.
Ia menyatakan telah mengumpulkan cerita rakyat di Bali. "Ada 800 buku langka yang sudah kami kumpulkan. 607 akan segera dilounching. 153 sudah dilaunching. Sisanya masih menunggu persetujuan dan negosiasi dengan pihak keluarga penerbit agar tidak jadi masalah di kemudian hari," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Executive General Manager Divisi Solution Convegence PT Telkom, Achmad Sugiarto di Denpasar, Kamis, mengatakan, pihaknya berupaya mengumpulkan cerita rakyat Nusantara yang dipublikasikan melalui Qbaca dalam bentuk eBook.
"Saat ini sekitar 300-an buku yang sudah dipublikasikan. Itu bisa diakses secara gratis. Dan, Provinsi Bali penyumbang terbesar cerita rakyat Nusantara itu," katanya.
Ia mengatakan, dari hasil koordinasi dengan Pemerintah Bali, di Pulau Dewata ternyata menyimpan hampir 1.000 judul cerita rakyat.
"Semua cerita lokal dari Bali. Sudah 130-an buku yang dipublikasikan. Sementara 70 buku masih dalam proses aploud," kata Sugiarto yang didampingi Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Bali, Luh Putu Hariyani.
Ia menjelaskan, dalam eBook dan Qbaca ini terdapat cerita rakyat dari seluruh provinsi di Indonesia.
"Kami bekerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesia. Di 34 provinsi di Indonesia yang ada cerita rakyatnya," ujarnya.
Sugiarto mengatakan, digitalisasi cerita rakyat tersebut agar seluruh lapisan masyarakat mudah mengakses cerita rakyat dari berbagai provinsi.
"Kita ingin orang mudah mengakses. Itu sebabnya arsip konvensional digitalkan. Apalagi dari pantauan kami, cerita rakyat di perpustakaan hanya ada satu buku, tidak ada soft copy-nya," ucapnya.
Telkom sendiri mengambil peranan ini karena ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara, kata Sugiarto, yang memiriskan adalah buku asli Raden Ajeng Kartini justru berada di Perpustakaan Belanda.
"Cerita rakyat Sulawesi Selatan tentang `Laga-Ligo` itu dikenalkan oleh bangsa lain, bukan di dalam negeri. Belum lama ini diperkenalkan oleh Australia. Ini yang membuat kita miris," katanya.
Padahal, kata dia, bangsa yang kuat tentu saja bangsa yang tahu tentang sejarahnya. "Bangsa yang menang di dunia ini adalah kalau dia bisa menceritakan tentang bangsanya," katanya.
Tahun depan, Sugiarto lebih lanjut mengatakan, cerita rakyat ini akan dibawa ke Frankfurt, Jerman, untuk dipamerkan dalam "book fair" terbesar di dunia.
"Tahun 2015 akan dipamerkan di `book fair`. Di luar negeri itu orang lebih banyak baca bukunya ketimbang bermain game. Di Indonesia kebalikannya. Ini yang tengah kami gugah," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Bali, Ni Luh Putu Haryani menyambut baik apa yang tengah dilakukan Telkom.
"Tujuannya agar anak-anak rajin membaca, tahu perkembangan dunia, dan wawasan kita pasti beda. Minat baca meningkat," katanya.
Ia menyatakan telah mengumpulkan cerita rakyat di Bali. "Ada 800 buku langka yang sudah kami kumpulkan. 607 akan segera dilounching. 153 sudah dilaunching. Sisanya masih menunggu persetujuan dan negosiasi dengan pihak keluarga penerbit agar tidak jadi masalah di kemudian hari," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014