Denpasar (Antara Bali) - Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Dr I Gusti Ayu Srinatih SST MSI menilai, permainan anak-anak "dolanan" yakni bernyanyi sambil menari untuk bersenang-senang bagi anak-anak di Bali kini semakin termaginalkan.
"Oleh sebab itu menarik untuk dikaji dari perspektif budaya, karena `dolanan membarong-barongan` (bermain barong) Kabupaten Badung merupakan sebuah garapan baru yang sarat dengan nilai etika, estetika dan norma-norma," kata Dr I Gusti Ayu Srinatih di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, penelitian menekankan pada tiga hal penting yang meliputi proses penciptaan, bentuk dan faktor-faktor yang menyebabkan terciptanya representasi dan maknanya.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif itu menunjukkan dalam proses penciptaan karya seni itu langkah pertama menentukan hari baik untuk menentukan memulai mengadakan latihan.
Menyusul implementasi dari ide yang disepakati dituangkan kepada para pendukung garapan melalui latihan. Latihan dilakukan secara terpisah setelah mapan digabungkan antara pemain dan musik pengiring.
Ayu Srinatih menambahkan, bentuk seni pertunjukkan "Dolan mebarong-barongan" merupakan bentuk seni pertunjukkan yang transformasi tradisi dan budaya "ngelawang" (pementasan berpindah-pindah) yang eksistensinya bisa "dibaca" melalui tanda dan simbul.
Tanda dan simbul tersebut merupakan "permainan tanda" yang munculnya tidak terlepas dari ideologi dan daya kreativitas seniman yang terjadi sebagai akibat pengaruh globalisasi.
Tanda dan simbul tersebut dapat dilihat dari unsur-unsur yang membentuk representasi permainan "mebarong-barongan". Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digagas budayawan Prof Dr Ida Bagus Mantra (alm) tahun 1978 yang digelar secara berkesinambungan setiap bulan merupakan ruang kreativitas yang sangat penting bagi seniman dalam pengembangan seni budaya.
Oleh sebab itu ideologi seniman mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penciptaan, karena adanya ideologi akulturatif, yakni ideologi yang berumber dari nilai-nilai tradisi dan ideologi dari nilai-nilai modern. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Oleh sebab itu menarik untuk dikaji dari perspektif budaya, karena `dolanan membarong-barongan` (bermain barong) Kabupaten Badung merupakan sebuah garapan baru yang sarat dengan nilai etika, estetika dan norma-norma," kata Dr I Gusti Ayu Srinatih di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, penelitian menekankan pada tiga hal penting yang meliputi proses penciptaan, bentuk dan faktor-faktor yang menyebabkan terciptanya representasi dan maknanya.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif itu menunjukkan dalam proses penciptaan karya seni itu langkah pertama menentukan hari baik untuk menentukan memulai mengadakan latihan.
Menyusul implementasi dari ide yang disepakati dituangkan kepada para pendukung garapan melalui latihan. Latihan dilakukan secara terpisah setelah mapan digabungkan antara pemain dan musik pengiring.
Ayu Srinatih menambahkan, bentuk seni pertunjukkan "Dolan mebarong-barongan" merupakan bentuk seni pertunjukkan yang transformasi tradisi dan budaya "ngelawang" (pementasan berpindah-pindah) yang eksistensinya bisa "dibaca" melalui tanda dan simbul.
Tanda dan simbul tersebut merupakan "permainan tanda" yang munculnya tidak terlepas dari ideologi dan daya kreativitas seniman yang terjadi sebagai akibat pengaruh globalisasi.
Tanda dan simbul tersebut dapat dilihat dari unsur-unsur yang membentuk representasi permainan "mebarong-barongan". Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digagas budayawan Prof Dr Ida Bagus Mantra (alm) tahun 1978 yang digelar secara berkesinambungan setiap bulan merupakan ruang kreativitas yang sangat penting bagi seniman dalam pengembangan seni budaya.
Oleh sebab itu ideologi seniman mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penciptaan, karena adanya ideologi akulturatif, yakni ideologi yang berumber dari nilai-nilai tradisi dan ideologi dari nilai-nilai modern. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014