Denpasar (Antara Bali) - Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Gusti Ayu Srinatih, SST MSI menegaskan, dolanan atau permainan anak-anak dalam kemasan seni yakni bernyanyi, menari sambil bermain untuk bersenang-senang kini semakin jarang dilakoni.
"Anak-anak kini lebih suka menonton televisi maupun video games yang merupakan permainan yang sangat digemari anak-anak zaman sekarang," kata Ayu Srinatih dalam mempertahankan disertasi yang mengantarkannya meraih gelar doktor di kampus pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, Jumat.
Dalam desertasi berjudul "Dolanan Mebarong-Barongan Kabupaten Badung Pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-32 tahun 2010" dipertahankannya di hadapan tim penguji program doktor Program Studi Kajian Budaya Program Doktor Unud yang diketuai Prof Dr AA Bagus Wirawan SU dengan anggota tujuh guru besar.
Ia mengatakan, cerita maupun tokoh yang ada dalam permainan video games itu kebanyakan berupa impor dari luar negeri, sehingga secara langsung anak-anak diperkenalkan dengan kebudayaan asing.
Padahal dolanan yang merupakan permainan anak-anak yang diangkat dari kearifan lokal Bali dengan sentuhan seni dan teknologi terbukti ampuh dalam menangkal degradasi mental anak-anak di eraglobalisasi.
"Namun anak-anak sekarang kebanyakan menggunakan alat permainan impor itu secara tidak langsung telah tertanam pondasi kebudayaan asing yang semakin `dijauhkan` dari akar budayanya sendiri," ujar Ayu Srinatih yang juga dosen program S-2 ISI Denpasar.
Jika hal itu akan terus terjadi, Bali yang memiliki berbagai keunggulan lokal, termasuk dalam permainan anak-anak dengan sentuhan seni yakni menyanyi dan menari untuk bersenang-senang akan hilang. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Anak-anak kini lebih suka menonton televisi maupun video games yang merupakan permainan yang sangat digemari anak-anak zaman sekarang," kata Ayu Srinatih dalam mempertahankan disertasi yang mengantarkannya meraih gelar doktor di kampus pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, Jumat.
Dalam desertasi berjudul "Dolanan Mebarong-Barongan Kabupaten Badung Pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-32 tahun 2010" dipertahankannya di hadapan tim penguji program doktor Program Studi Kajian Budaya Program Doktor Unud yang diketuai Prof Dr AA Bagus Wirawan SU dengan anggota tujuh guru besar.
Ia mengatakan, cerita maupun tokoh yang ada dalam permainan video games itu kebanyakan berupa impor dari luar negeri, sehingga secara langsung anak-anak diperkenalkan dengan kebudayaan asing.
Padahal dolanan yang merupakan permainan anak-anak yang diangkat dari kearifan lokal Bali dengan sentuhan seni dan teknologi terbukti ampuh dalam menangkal degradasi mental anak-anak di eraglobalisasi.
"Namun anak-anak sekarang kebanyakan menggunakan alat permainan impor itu secara tidak langsung telah tertanam pondasi kebudayaan asing yang semakin `dijauhkan` dari akar budayanya sendiri," ujar Ayu Srinatih yang juga dosen program S-2 ISI Denpasar.
Jika hal itu akan terus terjadi, Bali yang memiliki berbagai keunggulan lokal, termasuk dalam permainan anak-anak dengan sentuhan seni yakni menyanyi dan menari untuk bersenang-senang akan hilang. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014