Tabanan (Antara Bali) - Para petani di Desa Jatiluwih Kabupaten Tabanan sejak tiga bulan terakhir mulai mengalihkan produk beras merahnya yang terkendala pasar menjadi produk baru berupa teh beras merah.

"Sejak tiga bulan lalu saya mencoba memproduksi teh beras merah organik," jelas I Wayan Semarajaya (40) petani padi organik kepada wartawan di Jatiluwih kecamatan Penebel, Sabtu.

Selama ini di daerahnya yang dikenal dengan keindahan panorama alam berupa sawah terasiring mengandalkan produk tanamam padi beras merah. Hanya saja belakangan, petani setempat menghadapi dilema terkiat pemasaran hasil beras merah organik karena pangsa pasarnya terbatas.

Karena itulah, ujar Semarajaya, para petani menyiasatinya dengan mengolah beras merahnya menjadi produk baru berupa teh beras merah.

"Terus terang kami serba sulit karena hasil padi Bali beras merah organik dibeli dengan harga sama dengan padi bukan organik," katanya.

Ia menjelaskan, teh beras merah organik yang diproduksi bersama keluarga dengan memanfaatkan bahan padi Bali organik  hasil panenya di lahan sawah seluas 50 are.

"Padi Bali beras merah organik yang digunakannya adalah padi kering yang sudah disimpan dalam lumbung selama kurang lebih lima bulan," bebernya.

Wayan Semarajaya  menjelaskan, tahap pembuatan teh beras merah racikanya. Padi  Bali yang kering tersebut  selanjutnya  digiling dengan mesin untuk menghilangkan dan membersihkan  kulit padinya.

Setelah butiran  beras merah yang bersih didapat, beras tersebut  kemudian dinyanyah (panaskan)  dengan wajan tanah liat. 

"Proses itu membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Setelah aroma khas beras merah sudah tercium, proses terakhir adalah mengepak dalam bungkusan tas pelastik," jekasnya.

Ia pun mematok harga untuk satu bungkusnya hanya Rp 7.000.  Rupanya hasil olahan tersebut awalnya terkendala pemasaran namun berkat kegigihannya membuka sebuah warung di pinggir jalan yang kerap dilintasi wisatawan asing yang ingin menikmati panorama Jatiluwih.

Di warung milik Semarajaya tersebut, dijajakan makanan kecil yang merupakan khas warga setempat berupa teh beras merah. Rupanya minuman ringan itu cukup menarik wisatawan antara lain dari Belanda dan Perancis yang kebetulan hendak berwisata menikmati indahnya objek Jatiluwih.

"Selain tamu asing, banyak juga pelangganan datang dari Kota Denpasar," kata Wayan Semarajaya.

Produk minuman baru itu disebut-sebut sangat bermanfaat untuk kesehatan terutama membantu pencernaan. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010