Denpasar (Antara Bali) - Duta seni Kabupaten Jembrana menampilkan aneka jenis "gebogan" sebagai kombinasi janur, bunga, buah, dan kue yang dijunjung ratusan para ibu yang mengenakan busana adat seragam pada pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 di Denpasar, Jumat.

Gebogan sarana ritual sebagai suatu bentuk persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa mendapat perhatian besar dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menyaksikan bersama tamu-tamu penting lain dari panggung kehormatan.

Presiden dalam kesempatan itu didampingi ibu negara Nyonya Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri, di antaranya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu, Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

Duta seni Bali barat yang didukung lebih dari 200 seniman itu memperkenalkan potensi kesenian yang tersebar secara merata hampir di semua dusun adat, desa, dan kecamatan.

Penampilan itu diawali dengan seorang laki-laki mengenakan busana adat khas daerah membawa sebilah keris sebagai simbul "Pengentas" atau pemberi jalan sehingga pawai dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

Menyusul barisan membawa asep (api) sebagai simbul sinar suci yang dalam filosofi Hindu diharapkan dapat memberikan sinar suci kepada jagat raya beserta isinya.

Demikian pula barisan belasan wanita dengan mengenakan busana adat Bali membawa "cane" sebagai simbul keindahan dan kedamaian.

Selain itu juga tampil barisan membawa tebu yang rasanya manis dan dengan filosofis itu hajatan pawai PKB dapat menumbuhkan harmoni, di antara umat manusia.

Barisan membawa Bandrang perangkat ritual berbentuk sebuah tombak, bedanya hanya berisi bulu dari atas ke bawah sepanjang kira-kira setengah meter. Bandrang merupakan simbol kekuatan Dewa Brahma.

Pembawa Kober, umbul-umbul, dan payung Bali yang diiringi dengan instrumen gong baleganjur, sebuah orkestra tradisional Bali yang memiliki perangai keras yang didominasi oleh alat-alat perkusi dalam bentuk lepas.

Ciri yang sangat menonjol untuk menentukan identitas baleganjur bahwa umumnya dimainkan sambil berjalan kaki untuk mengiringi kegiatan-kegiatan tertentu yang sifatnya prosesi.

Demikian pula mobil hias alam flora yang menggambarkan kelestarian kehidupan alam flora di Kabupaten Jembrana.

Sebagai penutup adalah fragmentari kebesaran Tuhan dalam segala manisfestasinya yang telah memberikan kesuburan, ketentraman, kesejahteraan, dan kedamaian kepada semua kehidupan di dunia.

Selain puji syukur atas hasil panen yang melimpah, umat Hindu di Bali melaksanakan ritual Ngerasakin. Terinspirasi akan hal tersebut untuk mengungkapkan dalam karya seni dengan mengkombinasikan unsur tari dan musikal.

Melalui penataan sebuah ritual menjadi tontonan yang dapat memberikan pemahaman dan inspirasi bagi masyarakat Bali untuk selalu melaksanakan "yadnya" (pengorbanan suci) demi keharmonisan serta eksistensi budaya dan agama dalam konteks Tri Hita Karana sehingga tercapai kertamasa yang menjadi tema PKB kali ini. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014