Jakarta (Antara Bali) - Indonesia terus mempromosikan produk makanan dan minuman ke
Thailand meski kondisi politik di Negeri Gajah Putih tersebut belum
stabil.
"Selama lima hari pameran, paviliun Indonesia berhasil mencatat prospective orders sebesar 848,7 ribu dolar Amerika Serikat. Nilai itu tentu saja cukup membanggakan, mengingat situasi politik kurang baik di Thailand saat ini," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, dalam siaran pers yang diterima, Rabu.
Dalam kesempatan itu, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional yang bekerja sama dengan Atase Perdagangan di Bangkok mempromosikan produk makanan dan minuman olahan Indonesia dalam pameran THAIFEX-World of Food Asia 2014.
Nus mengatakan, masih banyak permintaan pembeli yang perlu ditindaklanjuti perusahaan peserta pameran, dimana produk-produk yang diminati di antaranya adalah mi instan, baby octopus frozen, canned crabmeat, canned baby clams, bumbu instan, bubuk agar, kopi, teh, dan lainnya.
"Produk confectionery Indonesia ternyata begitu diminati oleh negara-negara Timur Tengah, Afrika, Papua Nugini, dan beberapa negara ASEAN seperti Kamboja, Vietnam, dan Brunei Darussalam," jelas Nus.
Kudeta militer Thailand yang terjadi pada saat pameran berlangsung tidak menyurutkan pengunjung dari negara asing untuk tetap berbisnis. Kegiatan tetap berjalan dan masyarakat ramai berkunjung di hari ritel yang dibuka untuk umum.
Bahkan, pada penyelenggaraan satu dasawarsa THAIFEX 2014, terhitung lebih dari 30 ribu orang hadir, dimana 6.341 pengunjung datang dari luar Thailand. Pameran mamin terbesar di kawasan ASEAN ini diikuti oleh 1.463 exhibitor dari 35 negara.
Upaya promosi produk makanan dan minuman olahan Indonesia gencar dilakukan untuk menyongsong MEA 2015. Pada 2013, perdagangan Indonesia-Thailand didominasi impor senilai 10,7 miliar dolar AS, sementara ekspor hanya senilai 6,06 miliar dolar AS.
Target ekspor makanan olahan pada 2014 diharapkan tumbuh sebesar 4,21 persen atau senilai 183,2 juta dolar Amerika Serikat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Selama lima hari pameran, paviliun Indonesia berhasil mencatat prospective orders sebesar 848,7 ribu dolar Amerika Serikat. Nilai itu tentu saja cukup membanggakan, mengingat situasi politik kurang baik di Thailand saat ini," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, dalam siaran pers yang diterima, Rabu.
Dalam kesempatan itu, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional yang bekerja sama dengan Atase Perdagangan di Bangkok mempromosikan produk makanan dan minuman olahan Indonesia dalam pameran THAIFEX-World of Food Asia 2014.
Nus mengatakan, masih banyak permintaan pembeli yang perlu ditindaklanjuti perusahaan peserta pameran, dimana produk-produk yang diminati di antaranya adalah mi instan, baby octopus frozen, canned crabmeat, canned baby clams, bumbu instan, bubuk agar, kopi, teh, dan lainnya.
"Produk confectionery Indonesia ternyata begitu diminati oleh negara-negara Timur Tengah, Afrika, Papua Nugini, dan beberapa negara ASEAN seperti Kamboja, Vietnam, dan Brunei Darussalam," jelas Nus.
Kudeta militer Thailand yang terjadi pada saat pameran berlangsung tidak menyurutkan pengunjung dari negara asing untuk tetap berbisnis. Kegiatan tetap berjalan dan masyarakat ramai berkunjung di hari ritel yang dibuka untuk umum.
Bahkan, pada penyelenggaraan satu dasawarsa THAIFEX 2014, terhitung lebih dari 30 ribu orang hadir, dimana 6.341 pengunjung datang dari luar Thailand. Pameran mamin terbesar di kawasan ASEAN ini diikuti oleh 1.463 exhibitor dari 35 negara.
Upaya promosi produk makanan dan minuman olahan Indonesia gencar dilakukan untuk menyongsong MEA 2015. Pada 2013, perdagangan Indonesia-Thailand didominasi impor senilai 10,7 miliar dolar AS, sementara ekspor hanya senilai 6,06 miliar dolar AS.
Target ekspor makanan olahan pada 2014 diharapkan tumbuh sebesar 4,21 persen atau senilai 183,2 juta dolar Amerika Serikat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014