Denpasar (Antara Bali) - Realisasi ekspor rumput laut dari Bali pada awal 2010 hampir tidak tampak, atau melorot hingga seratus persen, pada hal pesisir pulau Dewata potensial mengembangkan jenis matadagangan itu dan permintaan pasar juga tinggi.

Hampir tidak ada tercatat ekspor rumput laut Bali 2010, akibat sejumlah hambatan dalam memenuhi permintaan pesar dari hasil budidaya petani tersebut,  kata Kepala Seksi Ekspor Disperindag Bali, Putu Bagiada SE di Denpasar Senin.

Hambatan tersebut antara lain mutu rumput laut hasil panenan petani pesisir di Bali belum sesuai dengan standar mutu ekspor akibat dipanen muda.

Selain itu petani belum menerapkan pengolahan pasca panen secara baik dan benar, sehingga mutu dagangan yang dihasilkan tidak memenuhi standar ekspor.

Terbatasnya tenaga terampil dalam pengoperasian teknologi madia maupun teknologi tepat guna serta lemahnya daya saing dengan produk yang sama dari negara pesaing lainnya dalam merebut pasar internasional, tutur Bagiada menyatakan alasannya.

Sementara petani pembudidaya rumput laut di pesisir pantai kepulauan terutama di Nusa Penida sering menjerit akibat adanya serangan penyakit ice-ice, sehingga tidak mampu menghasilkan mutu rumput laut untuk ekspor yang diharapkan.

"Jangankan mengekspor rumput laut ke China atau Taiwan, bisa menghasilkan untuk keperluan bibit saja sudah beruntung," keluh petani rumput laut Padang Segara, Nusa Penida, Nyoman Sudampa yang mengaku mengembangkan rumput laut jenis cotony sejak 1980-an.

Bagiada mengakui, realisasi rumput laut langka dari Bali, bukan berarti daerah ini tidak menghasilkan jenis mata dagangan tersebut, karena masih banyak pengepul yang mampu mengirim rumput laut secara antarpulau terutama ke Surabaya.

Ada seorang pedagang yang mengantarpulaukan rata-rata 60 ton per bulan ke provinsi tetangga, tutur Bagiada lagi sambil menyebutkan bahwa rumput laut dari Bali setelah diolah kemungkinan besar diekspor ke China, Taiwan dan Amerika Serikat.

Bagi Bali tidak mempermasalahkan dari manapun mata dagangan itu ekspor  toh juga devisanya masuk ke Indonesia, dan daerah ini sangat potensial untuk membudidayakan rumput laut dan produksi bisa mencapai 200 ribu ton per tahun.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010