Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, menganggap penting pendidikan seks sejak dini, namun harus disampaikan dengan cara yang tepat dan disesuaikan dengan daya nalar anak-anak.
"Pendidikan seks itu perlu untuk membentengi anak-anak kita dari segala macam bahaya yang mungkin terjadi saat di luar kontrol orang tua," kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Badung, I Ketut Widia Astika saat dihubungi dari Denpasar, Minggu.
Menurut dia, pendidikan seks yang diberikan kepada anak itu tidak dengan bahasa yang vulgar.
Selain itu, anak-anak juga perlu diberikan cara untuk melindungi diri jika dalam kondisi terancam jiwanya.
Selain itu, pihaknya masih akan membahas lebih lebih lanjut bersama para ahli pendidikan seks jenis apa yang dianjurkan untuk anak usia dini sehingga bisa membentengi dirinya dari segala macam ancaman dari orang tak dikenal.
Sementara itu, terkait dengan bahaya dan ancaman pelecehan seksual yang marak belakangan ini perlu diantisipasi karena bahaya itu dimanapun bisa terjadi. "Bahaya itu pasti ada, tergantung dari kita bagaimana mendidik dan mengaasi perkembangan anak sejak dini sehingga tidak terjerumus pada bahaya pelecehan sek tersebut," ujarnya.
Sebelumnya, pemerhati tumbuh kembang anak Seto Mulyadi (Kak Seto) mengatakan, pendidikan seks usia dini dapat dimulai sejak anak berusia dua setengah hingga tiga tahun.
"Pada usia dua setengah sampai tiga tahun, anak-anak mulai memegang organ intimnya. Jadi, orang tua dapat memperkenalkan tentang kesehatan reproduksi pada usia tersebut," ujarnya
Doktor psikologi anak dari Universitas Indonesia (UI) Jakarta itu mengemukakan bahwa orang tua kerap bingung memilih bahasa yang tepat untuk organ intim anak perempuan dan laki-laki, sehingga disarankan menggunakan kata penis untuk organ intim laki-laki dan vagina untuk organ intim perempuan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Pendidikan seks itu perlu untuk membentengi anak-anak kita dari segala macam bahaya yang mungkin terjadi saat di luar kontrol orang tua," kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Badung, I Ketut Widia Astika saat dihubungi dari Denpasar, Minggu.
Menurut dia, pendidikan seks yang diberikan kepada anak itu tidak dengan bahasa yang vulgar.
Selain itu, anak-anak juga perlu diberikan cara untuk melindungi diri jika dalam kondisi terancam jiwanya.
Selain itu, pihaknya masih akan membahas lebih lebih lanjut bersama para ahli pendidikan seks jenis apa yang dianjurkan untuk anak usia dini sehingga bisa membentengi dirinya dari segala macam ancaman dari orang tak dikenal.
Sementara itu, terkait dengan bahaya dan ancaman pelecehan seksual yang marak belakangan ini perlu diantisipasi karena bahaya itu dimanapun bisa terjadi. "Bahaya itu pasti ada, tergantung dari kita bagaimana mendidik dan mengaasi perkembangan anak sejak dini sehingga tidak terjerumus pada bahaya pelecehan sek tersebut," ujarnya.
Sebelumnya, pemerhati tumbuh kembang anak Seto Mulyadi (Kak Seto) mengatakan, pendidikan seks usia dini dapat dimulai sejak anak berusia dua setengah hingga tiga tahun.
"Pada usia dua setengah sampai tiga tahun, anak-anak mulai memegang organ intimnya. Jadi, orang tua dapat memperkenalkan tentang kesehatan reproduksi pada usia tersebut," ujarnya
Doktor psikologi anak dari Universitas Indonesia (UI) Jakarta itu mengemukakan bahwa orang tua kerap bingung memilih bahasa yang tepat untuk organ intim anak perempuan dan laki-laki, sehingga disarankan menggunakan kata penis untuk organ intim laki-laki dan vagina untuk organ intim perempuan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014