Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan para orang tua siswa jangan terlalu memaksakan anak-anak untuk berprestasi karena justru membebani mental anak seperti kasus bunuh diri peserta ujian nasional SMP di Kabupaten Tabanan.

"Saya pesankan kepada orang tua, janganlah memaksakan prestasi anaknya. Yang lebih penting itu diajak komunikasi dengan baik," katanya di Denpasar, Kamis.

Pernyataan itu disampaikan Pastika menanggapi tewasnya Leony Alvionita (14), salah satu siswi SMP Negeri 1 Tabanan, akibat gantung diri seusai mengikuti UN, Selasa (6/5).

Menurut dia, semestinya siswa jangan sampai stres dalam menghadapi UN karena persoalan lulus atau tidak lulus sesungguhnya suatu hal yang biasa terjadi. Belum tentu juga tidak lulus ketika menghadapi soal UN yang sulit.

"Agar kasus tersebut tak terulang, anak-anak mesti dijaga dan diajak berkomunikasi dengan baik. Orang tua jangan memaksakan prestasi anaknya dan jika anak gagal, yang terpenting harus dibesarkan hatinya," ucapnya sembari mencontohkan bahwa dirinya juga tidak pernah memaksa anak untuk berprestasi, apalagi meledek kalau tidak mendapatkan juara.

Di sisi lain, Pastika menceritakan bahwa dirinya sudah sempat berbicara dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh supaya dipikirkan lebih lanjut agar pelaksanaan UN ke depannya tidak menimbulkan kesan yang menyeramkan.

"Sekarang orang mau UN saja harus istighosah dulu, pamit sama orang tua, minta restu sampai nangis-nangis, bahkan ada yang cuci kaki ibunya, kok berlebihan sekali? Padahal dulu-dulu siswa ujian, nggak ada begitu begitu rasanya," urainya.

Terkait pengamanan soal-soal UN yang melibatkan polisi, kata dia, memang harus begitu supaya tidak terjadi kebocoran soal. Kalau terjadi kecurangan, justru akan membuat siswa juga stres.

"Bolehlah ada ujian nasional, tetapi jangan sampai menjadi seperti hantu yang sangat ditakuti dan dibesar-besarkan," harap Pastika. (M038)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor : M. Irfan Ilmie


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014