Denpasar (Antara Bali) - Praktisi dan pelaku seni di Bali Anak Agung Gede Rai menilai lukisan tradisional karya seniman Bali tempo dulu kaya warna.

"Lukisan karya Anak Agung Gde Meregeg misalnya memiliki kelebihan pada kekayaan pada warnanya di samping magisnya," kata Agung Rai yang juga pendiri dan pengelola Museum Arma di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Senin.

Menurut dia, garapan lukisan dengan figur wayang yang elegan dan teknik aburan yang tipis, sangat digemari oleh kolektor dalam dan luar negeri.

Lukisan karya Ketut Liyer dari Pengosekan, Ubud, misalnya yang manuskriptis, teologis diangkat dari menggali unsur "rerajahan" lontar hingga karya kanvasnya laris di pasaran.

"Unsur menyanyi, menari, meniru gamelan, sambil bekerja, kalau melukis dia seolah sedang trance. Dalam karyanya kerap mengintegrasi unsur yang memberikan nuansa religius," ujar Agung Rai.

Karya kanvas yang demikian itu sangat digemari oleh mereka yang tertarik dengan pengetahuan spiritual Bali, meskipun untuk memahami isinya sangat sulit karena maknanya berlapis-lapis, tidak semudah menikmati visualisasi suasana panen padi maupun suasana pasar.

Agung Rai menambahkan demikian pula lukisan karya-karya Meja termasuk karya bernilai investasi bagi para kolektor lukisan Bail dalam maupun luar Negeri, sepertinya himpunan koleksi seni rupa tradisional Bali khususnya akan terasa tak lengkap tanpa kehadiran karyanya itu.

Karya-karya dari Meja itu mencirikan tonggak perkembangan sejarah seni lukis Bali secara keseluruhannya.

Corak Young Artist Penestanan juga sempat berjaya sekitar akhir 1960-an, di antara Pita Maha yang kadang-kadang terlampau sulit dipahami oleh orang asing. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014