Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia, menyuguhkan ragam bentuk pertunjukan genjek dari umum hingga eksperimental dalam Seni Pertunjukan Genjek.
"Pementasan Minggu malam itu melibatkan dua sanggar yakni sekaa genjek Sanggar Singamandawa, Pejeng, Gianyar,dan sekaa genjek KoBaGi (Komunitas Badan Gila- Community Corps Fous) memiliki ekspresi kontemporer," kata staf BBB Juwitta K. Lasut yang menata kegiatan tersebut di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kedua sanggar seni itu memiliki pengalaman pentas di tingkat nasional dan internasinal.
Sanggar Singamandawa dipimpin oleh Made Sukadana S.Sn, berdiri tahun 1997, sedangkan KoBaGi didirikan tahun 2008 di Tegalalang, Gianyar, hasil pertemuan dan persahabat musisi Perancis Gregoire Gensse dan komunitas pertunjukkan Bali CekGen.
Pertautan antara musik dan cara berkesenian Barat dengan Timur (Bali) tecermin dari kekhasan penampilan KoBaGi, terutama menjadikan tubuh sebagai perkusi yang senafas, selaras dengan irama atau intensitas dari ragam olah vokal kecak Bali.
Para seniman yang akan tampil antara lain Ngakan Garjita, Wayan Mudita, Wayan Mawa, Sang Oman, Angga, Anak Agung Asmara, I Made Ariasa, dan Gusti Lanus yang tergabung dalam Sanggar Singamandawa.
Sementara KoBaGi menampilkan I Wayan Sutapa, Cokorda Gede Nala Rukmaja, Anak Agung Gde Eka, Grgoire Gensse, I Ketut Sariana, I Made Suwi, I Nyoman Adi Arta, I Made Sudira, I Wayan Pradipta, I Wayan Wastawa, I Made Sudipa, I Wayan Pastika, I Wayan Wirawan, I Wayan Jana, I Made Dani, dan I Made Wijantara.
"Kedua sekaa itu disandingkan sekaligus dibandingkan sebagai gambaran betapa kesenian di Bali begitu terbuka untuk melakukan proses akulturasi dan kemungkinan kolaborasi yang nyatanya menghasilkan bentuk-bentuk baru yang kreatif dan memukau tanpa kehilangan spirit kekuatan estetik tradisi Balinya, Juwitta K. Lasut.
Selain menampilkan pertunjukkan genjek yang atraktif dan inspiratif, juga dimakanai dengan sesi diskusi yang akan membahas kesenian genjek secara lebih mendalam.
Pembicara Kadek Suartaya, dosen Institut Seni Indonesia Denpasar akan memaparkan lebih jauh perihal adanya kemungkinan ragam pertunjukkan genjek baru yang lebih eksperimental dan kreatif. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Pementasan Minggu malam itu melibatkan dua sanggar yakni sekaa genjek Sanggar Singamandawa, Pejeng, Gianyar,dan sekaa genjek KoBaGi (Komunitas Badan Gila- Community Corps Fous) memiliki ekspresi kontemporer," kata staf BBB Juwitta K. Lasut yang menata kegiatan tersebut di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kedua sanggar seni itu memiliki pengalaman pentas di tingkat nasional dan internasinal.
Sanggar Singamandawa dipimpin oleh Made Sukadana S.Sn, berdiri tahun 1997, sedangkan KoBaGi didirikan tahun 2008 di Tegalalang, Gianyar, hasil pertemuan dan persahabat musisi Perancis Gregoire Gensse dan komunitas pertunjukkan Bali CekGen.
Pertautan antara musik dan cara berkesenian Barat dengan Timur (Bali) tecermin dari kekhasan penampilan KoBaGi, terutama menjadikan tubuh sebagai perkusi yang senafas, selaras dengan irama atau intensitas dari ragam olah vokal kecak Bali.
Para seniman yang akan tampil antara lain Ngakan Garjita, Wayan Mudita, Wayan Mawa, Sang Oman, Angga, Anak Agung Asmara, I Made Ariasa, dan Gusti Lanus yang tergabung dalam Sanggar Singamandawa.
Sementara KoBaGi menampilkan I Wayan Sutapa, Cokorda Gede Nala Rukmaja, Anak Agung Gde Eka, Grgoire Gensse, I Ketut Sariana, I Made Suwi, I Nyoman Adi Arta, I Made Sudira, I Wayan Pradipta, I Wayan Wastawa, I Made Sudipa, I Wayan Pastika, I Wayan Wirawan, I Wayan Jana, I Made Dani, dan I Made Wijantara.
"Kedua sekaa itu disandingkan sekaligus dibandingkan sebagai gambaran betapa kesenian di Bali begitu terbuka untuk melakukan proses akulturasi dan kemungkinan kolaborasi yang nyatanya menghasilkan bentuk-bentuk baru yang kreatif dan memukau tanpa kehilangan spirit kekuatan estetik tradisi Balinya, Juwitta K. Lasut.
Selain menampilkan pertunjukkan genjek yang atraktif dan inspiratif, juga dimakanai dengan sesi diskusi yang akan membahas kesenian genjek secara lebih mendalam.
Pembicara Kadek Suartaya, dosen Institut Seni Indonesia Denpasar akan memaparkan lebih jauh perihal adanya kemungkinan ragam pertunjukkan genjek baru yang lebih eksperimental dan kreatif. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014