Denpasar (Antara Bali) - Praktisi dan pelaku seni di Bali Anak Agung Gede Rai menilai adanya perpaduan unsur seni timur dan barat yang dilakoni seniman Ubud memunculkan berbagai corak baru dan aliran dalam menghasilkan karya lukis.

"Corak miniaturis misalnya lahir tahun 1960 dari persaingan siswa di studio Jata. Yakni Rajin dan saudara sepupunya Tubuh dan Murtika. Pelukis ini mengembangkan teknik aburan berlapis tinta Tiongkok kearah yang kian kecil namun canggih," kata Agung Rai yang juga pendiri dan pengelola Museum Arma di Perkampungan seniman Ubud, Selasa.

Ia mengatakan, sebagian karya mereka bersandar pada cerita Wayang kulit, namun ada pula aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Namun kebanyakan pelukis Batuan merangkul corak miniaturis di antaranya mengangkat tema modern.

Mereka antara lain adalah seniman Budi dan Bendi. Namun belakangan ini juga mengembangkan lukisan corak stilistik.

Demikian pula corak Pita Maha yang sekuler, realis naturalis, mengangkat tema non-religius berupa suasana kehidupan sehari-hari, aktivitas petani, dan seni pertunjukkan.

Agung Rai menambahkan, aktivitas seniman setelah mendapat pengaruh unsur seni barat itu juga mulai mengenal anatomi, perspektif, penggunaan warna menurut selera.

Seniman yang paling terkemuka di antara seniman Ubud adalah Gusti Nyoman Lempad, yang menstilir garis linear dengan cara merombak seni gambar Bali. Selain itu juga Sobrat yang mengembangkan suatu anatomis khas, pengaruh Bonnet, yang kemudian menjadi induk dari corak Ubud selanjutnya. Tokoh penting lainnya seperti Meregeg dan Ida Bagus Made. Pengaruh Walter Spies dan Bonnet, belum nampak pada karya Ida Bagus Gelgel, Ida Bagus Kembeng, Tebesaya, di awal tahun 1930-an.

Meskipun demikian mulai ada pelukisan gerakan wayang sebagaimana manusia hidup, terinterpretasi pelukis sehingga tokoh Hanuman yang berwarna putihpun nampak disemir.

Upaya pelukisan wayang mengalami "modifikasi" walaupun bagi penggemar wayang, karakter maupun narasinya masih bisa diidentifikasi, ujar Agung Rai. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014