Jakarta (Antara Bali) - Sejumlah calon anggota legislatif (caleg) yang
sedang bertarung memperebutkan kursi parlemen dalam Pemilu 9 April 2014
belum melunasi tagihan order percetakan materi kampanye yang mereka
pesan kepada beberapa pelaku usaha percetakan.
"Baru kasih DP tapi belum lunasi, janjinya setelah pencoblosan akan dilunasi," kata pelaku usaha percetakan di kawasan Bungur Senen M. Irsyad di Jakarta, Selasa.
Namun ia dan beberapa rekannya yang mempunyai usaha dagang serupa sudah mengantisipasi hal itu dengan meminta uang muka tinggi kepada pemesan.
Selain itu ia dan rekan-rekannya berharap jika caleg yang memesan order pamflet ratusan ribu lembar itu akan terpilih.
"Ya itung-itung saya jadi tim sukses dia, nanti syukur-syukur kalau butuh cetak apa larinya ke saya lagi," katanya.
Ia mengatakan sebenarnya uang muka yang diminta sudah mampu menutupi biaya operasional.
"Kalau mintanya 100 ribu lembar kertas HVS folio harganya sekitar puluhan juta rupiah, uang muka bisa nutup biaya operasional, kalau jujur sebenarnya tidak rugi. Semakin pesan banyak biaya cetak semakin murah," katanya.
Sementara itu Suharta pemilik usaha percetakan offset Suryajaya di Bungur, Senen, Jakarta Pusat, mengatakan, oder dari caleg dan partai politik sudah ia terima lunas bayarannya.
"Aman sudah lunas semua, dibayar dibuka," katanya.
Ia menegaskan dari awal sudah bertekad untuk tidak mengerjakan order materi pemilu bila tidak dibayar terlebih dahulu.
Suharta mengaku belajar dari rekan-rekan seprofesinya pada pemilu lalu ketika banyak dari usaha percetakan bangkrut gara-gara tagihan order tidak dibayar lunas.
Rekan Suharta yang juga bekerja di usaha percetakan di wilayah Bungur, Senen, Budi (29), mengatakan order materi kampanye pemilu kali ini tidak sebanyak pemilu lima tahun lalu.
"Dibanding Pilkada DKI malah ramai yang Pilkada DKI. Sekarang sepi, mungkin karena sudah banyak saingan di daerah-daerah ya," katanya.
Lima tahun lalu, usahanya banyak mendapatkan pesanan dari caleg-caleg bahkan parpol dari luar daerah bahkan hingga Makassar dan Maluku.
Namun untuk pemilu tahun ini, ia hanya mengerjakan pesanan untuk caleg dari wilayah DKI Jakarta.
"Kalau omzet ya naik pastinya, ya sekitar 10-20 persen nambah dibandingkan hari biasa," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Baru kasih DP tapi belum lunasi, janjinya setelah pencoblosan akan dilunasi," kata pelaku usaha percetakan di kawasan Bungur Senen M. Irsyad di Jakarta, Selasa.
Namun ia dan beberapa rekannya yang mempunyai usaha dagang serupa sudah mengantisipasi hal itu dengan meminta uang muka tinggi kepada pemesan.
Selain itu ia dan rekan-rekannya berharap jika caleg yang memesan order pamflet ratusan ribu lembar itu akan terpilih.
"Ya itung-itung saya jadi tim sukses dia, nanti syukur-syukur kalau butuh cetak apa larinya ke saya lagi," katanya.
Ia mengatakan sebenarnya uang muka yang diminta sudah mampu menutupi biaya operasional.
"Kalau mintanya 100 ribu lembar kertas HVS folio harganya sekitar puluhan juta rupiah, uang muka bisa nutup biaya operasional, kalau jujur sebenarnya tidak rugi. Semakin pesan banyak biaya cetak semakin murah," katanya.
Sementara itu Suharta pemilik usaha percetakan offset Suryajaya di Bungur, Senen, Jakarta Pusat, mengatakan, oder dari caleg dan partai politik sudah ia terima lunas bayarannya.
"Aman sudah lunas semua, dibayar dibuka," katanya.
Ia menegaskan dari awal sudah bertekad untuk tidak mengerjakan order materi pemilu bila tidak dibayar terlebih dahulu.
Suharta mengaku belajar dari rekan-rekan seprofesinya pada pemilu lalu ketika banyak dari usaha percetakan bangkrut gara-gara tagihan order tidak dibayar lunas.
Rekan Suharta yang juga bekerja di usaha percetakan di wilayah Bungur, Senen, Budi (29), mengatakan order materi kampanye pemilu kali ini tidak sebanyak pemilu lima tahun lalu.
"Dibanding Pilkada DKI malah ramai yang Pilkada DKI. Sekarang sepi, mungkin karena sudah banyak saingan di daerah-daerah ya," katanya.
Lima tahun lalu, usahanya banyak mendapatkan pesanan dari caleg-caleg bahkan parpol dari luar daerah bahkan hingga Makassar dan Maluku.
Namun untuk pemilu tahun ini, ia hanya mengerjakan pesanan untuk caleg dari wilayah DKI Jakarta.
"Kalau omzet ya naik pastinya, ya sekitar 10-20 persen nambah dibandingkan hari biasa," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014