Denpasar (Antara Bali) - Kontribusi subsektor peternakan di Bali terhadap pembentukan nilai tukar petani (NTP) naik sebesar 0,28 persen dari 112,74 persen pada bulan Februari menjadi 113,05 persen pada Maret 2014.

"Kondisi itu berkat naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,51 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Senin.

Menurut dia, kenaikan indeks tersebut lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,23 persen.

Kenaikan indeks itu dipicu oleh kenaikan harga komoditas pada kelompok hasil ternak sebesar 1,02 persen, menyusul ternak kecil 0,93 persen dan ternak besar 0,48 persen.

Panusunan Siregar menambahkan, kelompok unggas mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,93 persen. Dengan demikian secara umum komoditas subsektor peternakan mengalami kenaikan harga antara lain telur ayam buras sebesar 5,80 persen, telur itik 3,39 persen dan kambing 2,03 persen.

Selain itu ternak babi naik 0,87 persen dan sapi potong 0,48 persen. Di sisi lain kenaikan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,47 persen serta gabung biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,01 persen.

Panusunan Siregar menjelaskan, subsektor peternakan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen itu tiga di antaranya mengalami kenaikan dan dua menunjukkan angka penurunan.

Ketiga komponen yang mengalami kenaikan selain subsektor Peternakan juga tanaman perkebunan dan subsektor hortikultura. Dua sektor yang mengalami penurunan meliputi tanaman pangan dan subsektor Perikana..

NTP Bali pada Maret 2014 sebesar 1104,33 persen, naik 0,76 persen dibanding bulan sebelumnya yang hanya 103,55 persen. Kondisi itu lebih tinggi dari rata-rata NTP tingkat nasional yang tercatat 101,86 persen. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014