Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian, Dr. Gede Sedana mengatakan aspek sosial budaya pertanian menjadi hal dominan dalam penerapan organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) secara turun temurun di Bali.
"Sementara itu pula tuntutan kebutuhan petani termasuk subak semakin kompleks, terutama yang berkaitan dengan aspek ekonomis," kata Gede Sedana yang juga Dekan Universitas Dwijendera Denpasar di Denpasar, Senin.
Ia mencontohkan Subak Guama di Kabupaten Tabanan sudah mengalami penyesuaian seiring dengan pengembangan agribisnis yang dilaksanakan sejak tahun 2002.
Sementara di Subak Selanbawak juga di daerah gudang beras Kabupaten Tabanan, tempat penelitian itu dilakukan telah menyesuaikan kelembagaan, namun belum selengkap seperti di Subak Guama.
Dalam pengembangan agribisnis di tingkat subak, Subak Guama memiliki struktur kelembagaan yang diperluas sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan kegiatan agribisnis tersebut.
Gede Sedana menambahkan, penyesuaian (akomodasi) kelembagaan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang koperasi. Kegiatan agribisnis di Subak Guama dijalankan melalui suatu unit koperasi yang dibentuk di bawah naungan subak.
Badan penerapan teknologi pertanian (BPTP) Bali menjadikan subak Gauma di daerah gudang beras Kabupaten Tabanan sebagai proyek percontohan pengembangan agribisnis terpadu melalui sistem subak.
Upaya itu dilakukan dengan menginiasi pembentukan kegiatan usaha agribisnis terpadu subak bersangkutan. Petani yang terhimpun dalam wadah Subak Guama berupaya menjamin keberlanjutan pengembangan agribisnis berbasis subak dengan melibatkan peranserta petani secara aktif.
Gede Sedana menambahkan, tersedianya fasilitas jalan untuk kendaraan roda empat maupun sepeda motor di kawasan Subak mendorong berkembangnya usaha pengembangan agribisnis dan kegiatan ekonomi produktif lainnya.
Fasilitas dalam kawasan subak itu sangat membantu petani dalam memasarkan hasil produksi, sehingga harga yang dinikmatinya lebih bagus, dibanding subak yang tidak bisa dilalui kendaraan.
Prasarana fisik seperti jalan untuk kendaraan di sejumlah kawasan subak dan daerah sekitarnya relatif bagus sehingga menjadi faktor pendukung dalam pengembangan agribisnis.
Demikian pula fasilitas pendukung lainnya seperti jaringan komunikasi, listrik dan air minum sangat membantu dan memberikan kemudahan kepada masyarakat desa termasuk petani yang terhimpun dalam wadah subak, tutur Gede Sedana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sementara itu pula tuntutan kebutuhan petani termasuk subak semakin kompleks, terutama yang berkaitan dengan aspek ekonomis," kata Gede Sedana yang juga Dekan Universitas Dwijendera Denpasar di Denpasar, Senin.
Ia mencontohkan Subak Guama di Kabupaten Tabanan sudah mengalami penyesuaian seiring dengan pengembangan agribisnis yang dilaksanakan sejak tahun 2002.
Sementara di Subak Selanbawak juga di daerah gudang beras Kabupaten Tabanan, tempat penelitian itu dilakukan telah menyesuaikan kelembagaan, namun belum selengkap seperti di Subak Guama.
Dalam pengembangan agribisnis di tingkat subak, Subak Guama memiliki struktur kelembagaan yang diperluas sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan kegiatan agribisnis tersebut.
Gede Sedana menambahkan, penyesuaian (akomodasi) kelembagaan untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang koperasi. Kegiatan agribisnis di Subak Guama dijalankan melalui suatu unit koperasi yang dibentuk di bawah naungan subak.
Badan penerapan teknologi pertanian (BPTP) Bali menjadikan subak Gauma di daerah gudang beras Kabupaten Tabanan sebagai proyek percontohan pengembangan agribisnis terpadu melalui sistem subak.
Upaya itu dilakukan dengan menginiasi pembentukan kegiatan usaha agribisnis terpadu subak bersangkutan. Petani yang terhimpun dalam wadah Subak Guama berupaya menjamin keberlanjutan pengembangan agribisnis berbasis subak dengan melibatkan peranserta petani secara aktif.
Gede Sedana menambahkan, tersedianya fasilitas jalan untuk kendaraan roda empat maupun sepeda motor di kawasan Subak mendorong berkembangnya usaha pengembangan agribisnis dan kegiatan ekonomi produktif lainnya.
Fasilitas dalam kawasan subak itu sangat membantu petani dalam memasarkan hasil produksi, sehingga harga yang dinikmatinya lebih bagus, dibanding subak yang tidak bisa dilalui kendaraan.
Prasarana fisik seperti jalan untuk kendaraan di sejumlah kawasan subak dan daerah sekitarnya relatif bagus sehingga menjadi faktor pendukung dalam pengembangan agribisnis.
Demikian pula fasilitas pendukung lainnya seperti jaringan komunikasi, listrik dan air minum sangat membantu dan memberikan kemudahan kepada masyarakat desa termasuk petani yang terhimpun dalam wadah subak, tutur Gede Sedana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014