Denpasar (Antara Bali) - Keindahan alam dan keunikan seni budaya menjadi daya tarik wisata utama dengan kekuatan yang hampir berimbang dan potensi itu menjadi konsep pengembangan pariwisata berwawasan budaya dan lingkungan.
"Dari berbagai jenis daya tarik wisata alam yang ada di Bali, lebih dari separuhnya wisatawan mancanegara yang mengunjungi Pulau Dewata menyatakan lebih berminat pada pantai/laut, disusul pegunungan, persawahan, danau, dan lainnya," kata pengamat Pariwisata, Tjokorda Gede Agung di Denpasar Kamis.
Kondisi demikian sangat cocok dijadikan acuan bagi pengembangan kepariwisataan di Pulau Dewata. Oleh sebab itu kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya konservasi dan penataan lingkungan pantai/laut.
Selain itu juga menyangkut daerah pegunungan, persawahan, dan danau. "Jadi kawasan persawahan Jati Luwih di Kabupaten Tabanan yang dikukuhkan menjadi warisan budaya dunia (WBD) menjadi objek wisata sangat cocok," ujar Tjokorda Gede Agung.
Dari berbagai jenis daya tarik wisata budaya yang ada di Bali, ternyata kesenian daerah dan tradisi serta adat-istiadat merupakan daya tarik wisata budaya yang paling banyak diminati wisatawan dalam dan luar negeri.
Untuk itu kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya revitalisasi kesenian dan tradisi/adat-istiadat lokal, kata Tjokorda Gede Agung yang juga pelaku pariwisata Bali.
Hal ini dinilai strategis tidak hanya untuk kepentingan pariwisata semata, namun juga sebagai upaya meningkatkan ketahanan identitas kultural di tengah ancaman globalisasi yang kian meningkat.
"Banyak mahasiswa asal Australia, China dan Jepang tertarik mendalami kesenian Bali di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, kata dia.
Ia menyebutkan, berdasarkan analisis data hasil penelitian terhadap wisatawan Nusantara yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai dan Terminal Domestik Bandara Ngurah Rai pada tahun 2013, maka masyarakat yang melakukan perjalanan wisata ke daerah ini sebagian besar berkatagori usia produktif.
Pulau Jawa merupakan pasar wisnus potensial bagi pariwisata Bali. Hal ini ditunjukkan oleh wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi masyarakat berasal dari empat provinsi yang ada di Pulau Jawa (Jawa Timur, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat), yakni mencapai 70,1%, sedangkan selebihnya dari pulau lainnya.
Pulau Bali cukup potensial untuk tujuan wisata pendidikan atau studi tour. Hal ini ditunjukkan oleh persentase wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh golongan pelajar/mahasiswa (38,6 persen), disusul pegawai swasta, (21,1 persen), pegawai negeri sipil PNS (14,8 persen), wirausaha (sepuluh persen), profesional (3,3 persen), dan TNI/POLRI (0,4 persen).
Tjokorda Gede Agung mengatakan, wisatawan dalam negeri yang berkunjung ke Bali melalui jalur udara dan darat menunjukkan persentase yang hampir berimbang, yakni 48 persen (udara) dan 50,7 persen (darat), sementara kelompok wisnus yang menempuh jalur laut relatif rendah, yakni 1,3 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Dari berbagai jenis daya tarik wisata alam yang ada di Bali, lebih dari separuhnya wisatawan mancanegara yang mengunjungi Pulau Dewata menyatakan lebih berminat pada pantai/laut, disusul pegunungan, persawahan, danau, dan lainnya," kata pengamat Pariwisata, Tjokorda Gede Agung di Denpasar Kamis.
Kondisi demikian sangat cocok dijadikan acuan bagi pengembangan kepariwisataan di Pulau Dewata. Oleh sebab itu kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya konservasi dan penataan lingkungan pantai/laut.
Selain itu juga menyangkut daerah pegunungan, persawahan, dan danau. "Jadi kawasan persawahan Jati Luwih di Kabupaten Tabanan yang dikukuhkan menjadi warisan budaya dunia (WBD) menjadi objek wisata sangat cocok," ujar Tjokorda Gede Agung.
Dari berbagai jenis daya tarik wisata budaya yang ada di Bali, ternyata kesenian daerah dan tradisi serta adat-istiadat merupakan daya tarik wisata budaya yang paling banyak diminati wisatawan dalam dan luar negeri.
Untuk itu kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya revitalisasi kesenian dan tradisi/adat-istiadat lokal, kata Tjokorda Gede Agung yang juga pelaku pariwisata Bali.
Hal ini dinilai strategis tidak hanya untuk kepentingan pariwisata semata, namun juga sebagai upaya meningkatkan ketahanan identitas kultural di tengah ancaman globalisasi yang kian meningkat.
"Banyak mahasiswa asal Australia, China dan Jepang tertarik mendalami kesenian Bali di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, kata dia.
Ia menyebutkan, berdasarkan analisis data hasil penelitian terhadap wisatawan Nusantara yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai dan Terminal Domestik Bandara Ngurah Rai pada tahun 2013, maka masyarakat yang melakukan perjalanan wisata ke daerah ini sebagian besar berkatagori usia produktif.
Pulau Jawa merupakan pasar wisnus potensial bagi pariwisata Bali. Hal ini ditunjukkan oleh wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi masyarakat berasal dari empat provinsi yang ada di Pulau Jawa (Jawa Timur, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat), yakni mencapai 70,1%, sedangkan selebihnya dari pulau lainnya.
Pulau Bali cukup potensial untuk tujuan wisata pendidikan atau studi tour. Hal ini ditunjukkan oleh persentase wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh golongan pelajar/mahasiswa (38,6 persen), disusul pegawai swasta, (21,1 persen), pegawai negeri sipil PNS (14,8 persen), wirausaha (sepuluh persen), profesional (3,3 persen), dan TNI/POLRI (0,4 persen).
Tjokorda Gede Agung mengatakan, wisatawan dalam negeri yang berkunjung ke Bali melalui jalur udara dan darat menunjukkan persentase yang hampir berimbang, yakni 48 persen (udara) dan 50,7 persen (darat), sementara kelompok wisnus yang menempuh jalur laut relatif rendah, yakni 1,3 persen. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014