Denpasar (Antara Bali) - Perintis Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Bali, Ir I Made Dana M Tangkas akan berjuang keras membangun masyarakat Bali dengan mengoptimalkan program pengembangan ekonomi kerakyatan melalui sistem ‘One Village One Product’ yaitu satu desa (daerah) satu produk unggulan.
“LPB Bali berkomitmen membuat usaha dan produk pertanian Masyarakat Bali bisa untung (Bekerja-Untung-Menabung) dengan cara membina dan mendampingi masyarakat dan menerapkan inovasi teknologi berdaya saing tinggi ,†ujar Made Dana yang juga Direktur Totoya Motor Indonesia di Denpasar, Selasa.
Made Dana yang dalam Pileg 2014 ini mencalonkan diri sebagai Caleg Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) ini menyatakan berkomitmen memayungi para petani Bali melalui sistem pertanian terintegrasi dari hulu ke hilir, termasuk pengelolaan saat panen dan pascapanen hingga jenis komoditas dan produk olahan hasil-hasil ekonomi kerakyatan masuk ke akses pasar.
“Dengan demikian hasil-hasil produk pertanian, hortikultura, dan perkebunan serta produk olahan petani memiliki daya saing ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat,†ujar salah seorang pria terbaik Bali yang memiliki pengalaman berorganisasi baik tingkat Nasional dan Internasional ini.
Menurut dia, dalam mewujudkan program ini dalam kenyataan, LPB menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang sudah ada seperti LPD dan koperasi serta lainnya yang sudah ada di desa-desa. Selain juga bekerja sama dengan seluruh Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menentukan produk-produk unggulan setiap daerah yang bisa diusahakan.
“Program ini dimaksudkan untuk menciptakan beberapa ‘lokomotif’ sektor pertanian seperti buah kopi yang bisa menarik gerbong-gerbong ekonomi kerakyatan lainnya,†ujarnya.
Menurut dia, para petani di Bali belum mendapatkan manfaat besar dari hasil pertaniannya untuk meningkatkan kesejahteraannya, karena manajemen pascapanen yang kacau balau sehingga misalnya saat panen buah rambutan produksinya melimpah sehingga harga jatuh hingga titik terendah.
“Para petani bahkan ada yang cenderung membiarkan buah-buahan yang seharusnya bisa dipanen sampai membusuk di pohonnya dan dibiarkan jatuh menjadi pupuk karena biaya memanen yang jauh lebih tinggi dari harga buah yang didapatnya,†ujarnya.
Menurut dia, LPB akan mengajak para petani memiliki etos kerja dan kecerdasan yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraannya dan dalam bertani harus menerapkan pola lima R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.
Dalam kaitan ini, menurut dia, sudah dilakukan beberapa langkah konkrit seperti melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat) penanaman jahe di lahan sempit di Desa Bungkulan Buleleng atas kerjasama LPB Bali dengan Asosiasi Petani dan Produsen Pupuk Organik (AP3O) Bali yang dihadiri para peserta utusan kelompok tani, subak dan simantri.
Untuk seluruh Bali Pilot Project Penanaman Jahe ada 84 titik penanaman yang tersebar merata diseluruh pelosok Bali. Acara diklat Jahe tersebut dihadiri Ir. I Made Dana M Tangkas Direktur Totoya Motor Indonesia selaku Founder LPB Bali, Ir. Putu Arya Sedana Wakil Ketua Kadin Bali, Anggota DPRD Komisi B Kabupaten Buleleng Ketut Wirasana, Sekretaris Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng Surya Temaja, Kepala Dinas Bappeda Kabupaten Buleleng, Camat Sawan Seni I Gustri Ngurah Suradnyata, Perbekel Desa Bungkulan.
“Selaku putra Bali saya ingin memberi untuk tanah kelahiran. Salah satunya program yang dikembangkan adalah yaitu budidaya jahe di lahan sempit sempit Sekolah Menuju Kemakmuran Jagat Kerta bagi masyarakat petani di Bali. Lahan sempit berukuran 3 x 1,5 m dan dalam kurung waktu 10 bulan menghasilkan 1 ton,†ujarnya.
Selain itu, katanya, akan berupaya mendorong perusahaan besar melaksanakan program dana sosial kemasyaratan untuk ikut menggerakan ekonomi kerakyatan.
Menurut dia, permasalahan yang muncul dalam melaksanakan program ini adalah kurangnya jiwa entepreneurship generasi muda, sehingga memutuskan rantai kebudayaan masyarakat yang gemar bercocok tanan (Pertanian). Banyak anak muda yang menganggap pertanian adalah kerjaan yang tidak bergengsi sehinga tidak diminati. Dampak hal tersebut menjadi kesempatan bagi bangsa lain (mancanegara) yang berkunjung mengambil kesempatan/kelemahan tersebut.
“Namun demikian, kami berinisiatif melakukan kerjasama dengan AP3O Sehingga program utama LPB Bali melakukan pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat bali dapat tercapai dengan carabekerjasama dengan Asosiasi Petani dan Produsen Pupuk Organik (AP3O) Bali melakukan program pendidikan dan pelatihan penanaman jahe di lahan sempit Sekolah Menuju Kemakmuran Jagat Kerta bagi masyarakat petani di Bali, “ demikian Made Dana. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
“LPB Bali berkomitmen membuat usaha dan produk pertanian Masyarakat Bali bisa untung (Bekerja-Untung-Menabung) dengan cara membina dan mendampingi masyarakat dan menerapkan inovasi teknologi berdaya saing tinggi ,†ujar Made Dana yang juga Direktur Totoya Motor Indonesia di Denpasar, Selasa.
Made Dana yang dalam Pileg 2014 ini mencalonkan diri sebagai Caleg Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) ini menyatakan berkomitmen memayungi para petani Bali melalui sistem pertanian terintegrasi dari hulu ke hilir, termasuk pengelolaan saat panen dan pascapanen hingga jenis komoditas dan produk olahan hasil-hasil ekonomi kerakyatan masuk ke akses pasar.
“Dengan demikian hasil-hasil produk pertanian, hortikultura, dan perkebunan serta produk olahan petani memiliki daya saing ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat,†ujar salah seorang pria terbaik Bali yang memiliki pengalaman berorganisasi baik tingkat Nasional dan Internasional ini.
Menurut dia, dalam mewujudkan program ini dalam kenyataan, LPB menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang sudah ada seperti LPD dan koperasi serta lainnya yang sudah ada di desa-desa. Selain juga bekerja sama dengan seluruh Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menentukan produk-produk unggulan setiap daerah yang bisa diusahakan.
“Program ini dimaksudkan untuk menciptakan beberapa ‘lokomotif’ sektor pertanian seperti buah kopi yang bisa menarik gerbong-gerbong ekonomi kerakyatan lainnya,†ujarnya.
Menurut dia, para petani di Bali belum mendapatkan manfaat besar dari hasil pertaniannya untuk meningkatkan kesejahteraannya, karena manajemen pascapanen yang kacau balau sehingga misalnya saat panen buah rambutan produksinya melimpah sehingga harga jatuh hingga titik terendah.
“Para petani bahkan ada yang cenderung membiarkan buah-buahan yang seharusnya bisa dipanen sampai membusuk di pohonnya dan dibiarkan jatuh menjadi pupuk karena biaya memanen yang jauh lebih tinggi dari harga buah yang didapatnya,†ujarnya.
Menurut dia, LPB akan mengajak para petani memiliki etos kerja dan kecerdasan yang tinggi dalam meningkatkan kesejahteraannya dan dalam bertani harus menerapkan pola lima R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin.
Dalam kaitan ini, menurut dia, sudah dilakukan beberapa langkah konkrit seperti melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat) penanaman jahe di lahan sempit di Desa Bungkulan Buleleng atas kerjasama LPB Bali dengan Asosiasi Petani dan Produsen Pupuk Organik (AP3O) Bali yang dihadiri para peserta utusan kelompok tani, subak dan simantri.
Untuk seluruh Bali Pilot Project Penanaman Jahe ada 84 titik penanaman yang tersebar merata diseluruh pelosok Bali. Acara diklat Jahe tersebut dihadiri Ir. I Made Dana M Tangkas Direktur Totoya Motor Indonesia selaku Founder LPB Bali, Ir. Putu Arya Sedana Wakil Ketua Kadin Bali, Anggota DPRD Komisi B Kabupaten Buleleng Ketut Wirasana, Sekretaris Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng Surya Temaja, Kepala Dinas Bappeda Kabupaten Buleleng, Camat Sawan Seni I Gustri Ngurah Suradnyata, Perbekel Desa Bungkulan.
“Selaku putra Bali saya ingin memberi untuk tanah kelahiran. Salah satunya program yang dikembangkan adalah yaitu budidaya jahe di lahan sempit sempit Sekolah Menuju Kemakmuran Jagat Kerta bagi masyarakat petani di Bali. Lahan sempit berukuran 3 x 1,5 m dan dalam kurung waktu 10 bulan menghasilkan 1 ton,†ujarnya.
Selain itu, katanya, akan berupaya mendorong perusahaan besar melaksanakan program dana sosial kemasyaratan untuk ikut menggerakan ekonomi kerakyatan.
Menurut dia, permasalahan yang muncul dalam melaksanakan program ini adalah kurangnya jiwa entepreneurship generasi muda, sehingga memutuskan rantai kebudayaan masyarakat yang gemar bercocok tanan (Pertanian). Banyak anak muda yang menganggap pertanian adalah kerjaan yang tidak bergengsi sehinga tidak diminati. Dampak hal tersebut menjadi kesempatan bagi bangsa lain (mancanegara) yang berkunjung mengambil kesempatan/kelemahan tersebut.
“Namun demikian, kami berinisiatif melakukan kerjasama dengan AP3O Sehingga program utama LPB Bali melakukan pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat bali dapat tercapai dengan carabekerjasama dengan Asosiasi Petani dan Produsen Pupuk Organik (AP3O) Bali melakukan program pendidikan dan pelatihan penanaman jahe di lahan sempit Sekolah Menuju Kemakmuran Jagat Kerta bagi masyarakat petani di Bali, “ demikian Made Dana. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014