Denpasar (Antara Bali) - Dinas Perkebunan Provinsi Bali akan memperluas areal tanaman kopi 2.368 hektare pada 2010 dengan dukungan dana dari pemerintah pusat dan daerah.
"Perluasan tanaman bernilai ekonomi tinggi tersebut brtujuan membantu upaya mengatasi masalah kemiskinan masyarakat di pedesaan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali Ir Made Sudharta MS, di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan pengembangan tanaman kopi tersebut terdiri atas jenis arabika seluas 1.468 hektare pada lima sentra pengembangan masing-masing di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.
"Selain itu 900 hektare pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung dan Sukasada di Kabupaten Buleleng," katanya.
Sudharta menjelaskan Bali hingga kini memiliki areal tanaman kopi seluas 30.029 hektare yang terdiri atas kopi arabika 8.197 hektare dan kopi robusta 23.832 hektare.
Petani Bali kini sedang panen raya dengan produksi sekitar 14.000 ton, terdiri atas jenis arabika 3.300 ton dan robusta 10.700 ton.
Menurut dia panen kopi tersebut mengutamakan petik buah merah sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu dengan harapan mampu bersaing di pasaran ekspor.
"Bali pada 2009 hanya menghasilkan 13.800 ton di bawah sasaran yang ditetapkan sebanyak 13.900 ton. Meski demikian ada peningkatan dibandingkan 2008 yang hanya 13.664 ton," katanya.
Peningkatan produksi ini karena petani dalam proses produksi menggunakan pupuk organik dan menghindari penggunaan zat kimia untuk membasmi hanya penyakit.
"Proses produksinya menekankan aspek ramah lingkungan, sehingga mampu meningkatkan produksi serta diminati konsumen baik dalam maupun luar negeri," kata Sudharta.
Ia mengatakan petani dalam mengembangkan tanaman bernilai ekonomi tinggi itu memadukannya dengan memelihara ternak sapi.
Pola perpaduan ini memberikan dampak ganda kepada petani, karena kotoran sapi dapat dijadikan pupuk anorganik, sehingga tidak mengeluarkan biaya pupuk.
"Selain itu petani juga memperoleh penghasilan tambahan dari penggemukan sapi, mengingat ternak tersebut dapat diperdagangkan antarpulau, terutama untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat Jakarta," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Perluasan tanaman bernilai ekonomi tinggi tersebut brtujuan membantu upaya mengatasi masalah kemiskinan masyarakat di pedesaan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali Ir Made Sudharta MS, di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan pengembangan tanaman kopi tersebut terdiri atas jenis arabika seluas 1.468 hektare pada lima sentra pengembangan masing-masing di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.
"Selain itu 900 hektare pengembangan tanaman kopi robusta di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung dan Sukasada di Kabupaten Buleleng," katanya.
Sudharta menjelaskan Bali hingga kini memiliki areal tanaman kopi seluas 30.029 hektare yang terdiri atas kopi arabika 8.197 hektare dan kopi robusta 23.832 hektare.
Petani Bali kini sedang panen raya dengan produksi sekitar 14.000 ton, terdiri atas jenis arabika 3.300 ton dan robusta 10.700 ton.
Menurut dia panen kopi tersebut mengutamakan petik buah merah sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu dengan harapan mampu bersaing di pasaran ekspor.
"Bali pada 2009 hanya menghasilkan 13.800 ton di bawah sasaran yang ditetapkan sebanyak 13.900 ton. Meski demikian ada peningkatan dibandingkan 2008 yang hanya 13.664 ton," katanya.
Peningkatan produksi ini karena petani dalam proses produksi menggunakan pupuk organik dan menghindari penggunaan zat kimia untuk membasmi hanya penyakit.
"Proses produksinya menekankan aspek ramah lingkungan, sehingga mampu meningkatkan produksi serta diminati konsumen baik dalam maupun luar negeri," kata Sudharta.
Ia mengatakan petani dalam mengembangkan tanaman bernilai ekonomi tinggi itu memadukannya dengan memelihara ternak sapi.
Pola perpaduan ini memberikan dampak ganda kepada petani, karena kotoran sapi dapat dijadikan pupuk anorganik, sehingga tidak mengeluarkan biaya pupuk.
"Selain itu petani juga memperoleh penghasilan tambahan dari penggemukan sapi, mengingat ternak tersebut dapat diperdagangkan antarpulau, terutama untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat Jakarta," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010