Jakarta (Antara Bali) - Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Pol. Ari Dono Sukmanto menegaskan
serangan teroris di Poso tidak terkait dengan Pemilu 2014.
"Tidak ada kaitannya dengan Pemilu 2014, tapi memang aktivitas mereka kelihatannya besar di Poso, semua latihan di sana," kata Ari usai menghadiri serah terima jabatan Wakapolri dari Komjen (Purn) Oegroseno kepada Komjen Pol. Badrodin Haiti di Mabes Polri, Jakarta, Selasa.
Ari mengaku kelompok jaringan teroris Santoso di Poso masih gencar untuk mengintimidasi masyarakat agar tidak memberikan informasi keberadaan mereka.
"Itu tebing luas sekali, ada hutan dan perkebunan (wilayah latihan militer teroris), masyarakat itu takut karena ada yang diintimidasi," katanya.
Namun, dia mengaku penyebaran kelompok jaringan teroris Santoso sudah bergerak menjauh ke gunung, bukan lagi di perkotaan di tengah masyarakat.
"Dulu kan di kota, sekarang sudah bisa kita sisihkan dari kota ke hutan," katanya.
Pernyataan tersebut menyusul maraknya serangan teroris kelompok jaringan Santoso, di antaranya pada pertengahan Oktober 2012, dua polisi dibunuh oleh kelompok teroris di Dusun Tamanjeka, Poso. Dan pada Desember 2012, empat anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah juga tewas diberondong kelompok teroris di daerah yang sama.
Pada 5 Pebruari 2014, dalam aksi baku tembak yang berlangsung di Desa Taunca, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, seorang polisi bernama Bhayangkara Dua (Bharada) Putu Satria dan seorang terduga teroris yang belum diketahui identitasnya meninggal dunia diterjang peluru.
Sementara itu, terjadi dua ledakan bom dalam sepekan terakhir yakni di Kantor Harian Raar Sulteng di Palu pada Senin (24/2) dan di Desa Pantangolemba, Kecamatan Poso Pesisir Selatan pada Selasa (25/2), namun motif peledakan di dua tempat itu hingga kini belum terungkap.
Terakhir, pada Senin (3/4), ditangkap dua tersangka terduga kurir jaringan teroris Santoso bernama Rodik dan Aji alias Syuaib. Keduanya diduga memberikan logistik kepada pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso, Zainul Arifin pada 3 Juni 2013.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Tidak ada kaitannya dengan Pemilu 2014, tapi memang aktivitas mereka kelihatannya besar di Poso, semua latihan di sana," kata Ari usai menghadiri serah terima jabatan Wakapolri dari Komjen (Purn) Oegroseno kepada Komjen Pol. Badrodin Haiti di Mabes Polri, Jakarta, Selasa.
Ari mengaku kelompok jaringan teroris Santoso di Poso masih gencar untuk mengintimidasi masyarakat agar tidak memberikan informasi keberadaan mereka.
"Itu tebing luas sekali, ada hutan dan perkebunan (wilayah latihan militer teroris), masyarakat itu takut karena ada yang diintimidasi," katanya.
Namun, dia mengaku penyebaran kelompok jaringan teroris Santoso sudah bergerak menjauh ke gunung, bukan lagi di perkotaan di tengah masyarakat.
"Dulu kan di kota, sekarang sudah bisa kita sisihkan dari kota ke hutan," katanya.
Pernyataan tersebut menyusul maraknya serangan teroris kelompok jaringan Santoso, di antaranya pada pertengahan Oktober 2012, dua polisi dibunuh oleh kelompok teroris di Dusun Tamanjeka, Poso. Dan pada Desember 2012, empat anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah juga tewas diberondong kelompok teroris di daerah yang sama.
Pada 5 Pebruari 2014, dalam aksi baku tembak yang berlangsung di Desa Taunca, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, seorang polisi bernama Bhayangkara Dua (Bharada) Putu Satria dan seorang terduga teroris yang belum diketahui identitasnya meninggal dunia diterjang peluru.
Sementara itu, terjadi dua ledakan bom dalam sepekan terakhir yakni di Kantor Harian Raar Sulteng di Palu pada Senin (24/2) dan di Desa Pantangolemba, Kecamatan Poso Pesisir Selatan pada Selasa (25/2), namun motif peledakan di dua tempat itu hingga kini belum terungkap.
Terakhir, pada Senin (3/4), ditangkap dua tersangka terduga kurir jaringan teroris Santoso bernama Rodik dan Aji alias Syuaib. Keduanya diduga memberikan logistik kepada pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso, Zainul Arifin pada 3 Juni 2013.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014