Denpasar (Antara Bali) - "Leladan", tradisi kuno untuk mempersembahkan hasil bumi, antara lain berupa beras dan kelapa kehadapan jenazah Ida Tjokorda Istri Winten (95), permaisuri Raja Mengwi, Badung masih tetap lestari.

Ratusan wanita yang juga anggota PKK dari tujuh banjar (dusun) di sekitar puri Mengwi secara bersamaan membawa sebuah persembahan yang diterima penglingsir Puri Mengwi Anak Agung Gede Agung yang juga Bupati Badung, kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Badung Drs I Gede Wijaya, Senin.

Prosesi "Leladan" diiringi gamelan blaganjur, menambah semarak dan khidmat suasana di rumah duka, 18 km utara Denpasar.

AA Gede Agung didampingi Bendesa Adat Mengwi IB Anom menyampaikan ucapan terima kasih, karena warga setempat yang masih tetap melaksanakan "dresta" kuno tersebut.

Satu persatu warga menaruh persembahan itu dalam satu tempat "Keben" sebagai rasa bakti kepada keluarga puri, khususnya almarhum Ida Tjokorda Istri Winten yang meninggal dalam usia 95 tahun.

"Keben" yang berisi hasil bumi ditaruh dengan rapi di depan peti jenazah, disusul dengan melakukan persembahyangan bersama dipimpin pemangku setempat.

"Dresta" kuno Desa Adat Mengwi diharapkan tetap dapat dilestarikan dan tidak punah akibat pengaruh globalisasi," harap Gede Wijaya.

"Leladan" melibatkan warga masyarakat dari tujuh banjar di sekitar Puri Mengwi antara lain Banjar  Bajra, Serangan, Munggu, Pandean, Gambang, Batu dan banjar Pande.

Jenazah Ida Tjokorda Istri Wenten akan di-"pelebon" pada di sentra adat Mengwi 2 Juli 2010. Upacara Ngaben itu dilengkapi dengan "bade" atau wadah tumpang (tingkat) sembilan.

Berbagai persiapan untuk menggelar plebon skala besar melibatkan 40 desa adat di wilayah kecamatan Mengwi.

Jenazah kini telah dibungkus kain fafan disemayamkan di bale gede di rumah duka, puri Mengwi yang setiap harinya warga masyarakat setempat secara bergiliran bergotong royong mempersiapkan prosesi upacara berskala besar.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010