Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali memperketat kuota pengeluaran sapi ke luar Pulau Dewata pada 2014 menjadi 46 ribu ekor sebagai upaya untuk mempertahankan populasiya pada tahun-tahun mendatang.
"Beberapa tahun terakhir, sapi yang kita keluarkan atau diantarpulaukan selalu berlebih dibandingkan kuota yang ditetapkan. Hal itu tidak terlepas dari potensi dan permintaan pasar yang banyak. Namun, akibatnya jumlah populasi sapi kita turun drastis menjadi 478 ribu ekor pada 2013, padahal pada 2011 sekitar 637 ribu ekor," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Sabtu.
Ia mencontohkan dalam tiga tahun terakhir, dari target semula kuota sapi yang diantarpulaukan sekitar 61 ribu ekor per tahun, namun yang akhirnya dikeluarkan menjadi 75 ribu ekor. Demikian juga pada 2013, dari yang ditargetkan 57 ribu ekor, akhirnya dikeluarkan sekitar 57.800 ekor.
"Kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa terhadap kelebihan itu karena memang pasar yang meminta dan petani memiliki kesempatan untuk menikmati mahalnya harga sapi. Akhirnya kondisi pasar berdampak mengganggu potensi sapi di daerah kita," ujarnya.
Sumantra mengemukakan kuota sapi sebesar 46 ribu ekor pada 2014 akan dibagi menjadi dua semester, yakni semester I yang dikeluarkan sekitar 20 ribu ekor, sedangkan sisanya 26 ribu pada semester II. "Pada semester II sengaja lebih tinggi karena akan ada hari Lebaran dan Idul Adha," ucapnya.
Pengurangan kuota sapi yang dikeluarkan, tambah dia, juga disebabkan karena tahun ini ada dua rumah potong hewan (RPH) yang direnovasi yakni RPH di daerah Pesanggaran, Kota Denpasar, dan RPH di daerah Mambal, Kabupaten Badung.
"Kami inginkan supaya tidak sapi hidup yang dikeluarkan, tetapi dipotong dulu di RPH, barulah dikirimkan keluar. Kuota tahun ini sudah disetujui Gubernur Bali, dan tinggal kami pengawasannya saja," kata Sumantra.
Di sisi lain, kata dia, untuk konsumsi daging sapi di Bali sekitar 7.000 ton atau setara dengan 45 ribu ekor sapi. Sedangkan harga daging sapi per kilogram di pasaran dalam beberapa hari terakhir sekitar Rp80-85 ribu per kilogram. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Beberapa tahun terakhir, sapi yang kita keluarkan atau diantarpulaukan selalu berlebih dibandingkan kuota yang ditetapkan. Hal itu tidak terlepas dari potensi dan permintaan pasar yang banyak. Namun, akibatnya jumlah populasi sapi kita turun drastis menjadi 478 ribu ekor pada 2013, padahal pada 2011 sekitar 637 ribu ekor," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Sabtu.
Ia mencontohkan dalam tiga tahun terakhir, dari target semula kuota sapi yang diantarpulaukan sekitar 61 ribu ekor per tahun, namun yang akhirnya dikeluarkan menjadi 75 ribu ekor. Demikian juga pada 2013, dari yang ditargetkan 57 ribu ekor, akhirnya dikeluarkan sekitar 57.800 ekor.
"Kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa terhadap kelebihan itu karena memang pasar yang meminta dan petani memiliki kesempatan untuk menikmati mahalnya harga sapi. Akhirnya kondisi pasar berdampak mengganggu potensi sapi di daerah kita," ujarnya.
Sumantra mengemukakan kuota sapi sebesar 46 ribu ekor pada 2014 akan dibagi menjadi dua semester, yakni semester I yang dikeluarkan sekitar 20 ribu ekor, sedangkan sisanya 26 ribu pada semester II. "Pada semester II sengaja lebih tinggi karena akan ada hari Lebaran dan Idul Adha," ucapnya.
Pengurangan kuota sapi yang dikeluarkan, tambah dia, juga disebabkan karena tahun ini ada dua rumah potong hewan (RPH) yang direnovasi yakni RPH di daerah Pesanggaran, Kota Denpasar, dan RPH di daerah Mambal, Kabupaten Badung.
"Kami inginkan supaya tidak sapi hidup yang dikeluarkan, tetapi dipotong dulu di RPH, barulah dikirimkan keluar. Kuota tahun ini sudah disetujui Gubernur Bali, dan tinggal kami pengawasannya saja," kata Sumantra.
Di sisi lain, kata dia, untuk konsumsi daging sapi di Bali sekitar 7.000 ton atau setara dengan 45 ribu ekor sapi. Sedangkan harga daging sapi per kilogram di pasaran dalam beberapa hari terakhir sekitar Rp80-85 ribu per kilogram. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014