Denpasar (Antara Bali) - Akademisi dari Universitas Dwijendra Denpasar Dr Gede Sedana mengatakan petani yang terhimpun dalam wadah organisasi pengairah tradisional bidang pertanian (subak) di Bali melakukan sekitar 15 jenis ritual selama satu kali panen padi.

"Puluhan kali ritual itu dilakukan petani secara berurutan sesuai dengan tahapan penanaman padi, baik secara perorangan maupun kelompok," kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Dr Sedana di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, sistem subak yang tetap eksis dalam perkembangannya hingga kini memang sangat unik karena unsur spiritual atau keagamaan menjadi bagian yang sangat penting dalam pengelolaan irigasi pertanian.

"Petani melakoni kegiatan ritual itu dengan penuh keikhlasan sesuai kondisi dalam lingkungan subak masing-masing," ujar Gede Sedana.

Ia menambahkan, pada sistem subak, seluruh aktivitas irigasi dan usaha tani di lahan sawah selalu didasarkan pada konsensus bersama.

Aktivitas ritual atau upacara keagamaan yang mencapai puluhan kali di sela-sela mengembangkan tanaman pertanian menjadi salah satu faktor pengikat yang sangat kuat dalam pengelolaan sistem irigasi subak di Pulau Dewata.

"Keyakinan yang tinggi terhadap Tuhan menjadi bagian dari filosofi subak yakni Tri Hita Karana yakni hubungan yang serasi dan harmonis sesama manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa," ujar Gede Sedana. (*/ADT)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014