Jakarta (Antara Bali) - Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo, adik kandung Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, wafat di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan, Selasa pukul 16.58 WIB.
"Innalillahi Wainna Ilaihin Rojiun, masyarakat Yogjakarta khususnya dan Jawa umumnya merasa kehilangan atas wafatnya Gusti Joyokusumo," kata anggota Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa saat menyampaikan kabar duka itu.
Joyokusumo dirawat di Ruang ICU RS Medistra Jakarta sejak Jumat (27/12) karena menderita komplikasi diabetes, ginjal, dan jantung.
Cak Ali, panggilan akrab Ali Masykur, menilai selama 10 tahun berkawan dengan Joyokusumo saat sesama menjadi anggota DPR, maka dia adalah pribadi yang santun dan menghormati terhadap sesama kawan bahkan terhadap lawan politik parpol lain.
"Almarhum semasa hidupnya kalau bicara halus dan menunjukkan pribadi yang bijak. Dalam beberapa kesempatan pembicaraan selalu disisipkan masalah spiritual agar hidup itu penuh keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat," katanya.
Menurut Cak Ali, dalam waktu satu bulan yang lalu saat menjenguk Gusti Joyo, meski fisiknya kelihatan lelah, etika berbicara masalah agama, dia terlihat semangat.
Bagi keluarga NU, Joyokusumo dinilai sebagai wakil Keraton Yogyakarta yang memperhatikan masalah agama.
Ritual semaan Al-Qur'an yang digalakkan Jamaah Jantiko sebagai warisan dari salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al Falah, Ploso, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, KH Chamim Djazuli alias Gus Miek selalu dipertahankan sampai sekarang, begitu juga ritual tahlilan dan yasinan di Keraton, Yogyakarta.
"Itulah figur Gusti Joyo, santun dan relegius yang memperhatikan masalah agama," katanya.
Cak Ali, sebagai Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) berharap agar ada wakil dari Keraton Yogyakarta yang dapat meneruskan peranan almarhum dalam membina kehidupan beragama, karena Keraton juga mempunyai sebutan Sayyidin Panotogomo (Panutan yang Mengatur Kehidupan Beragama). (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Innalillahi Wainna Ilaihin Rojiun, masyarakat Yogjakarta khususnya dan Jawa umumnya merasa kehilangan atas wafatnya Gusti Joyokusumo," kata anggota Badan Pemeriksa Keuangan Ali Masykur Musa saat menyampaikan kabar duka itu.
Joyokusumo dirawat di Ruang ICU RS Medistra Jakarta sejak Jumat (27/12) karena menderita komplikasi diabetes, ginjal, dan jantung.
Cak Ali, panggilan akrab Ali Masykur, menilai selama 10 tahun berkawan dengan Joyokusumo saat sesama menjadi anggota DPR, maka dia adalah pribadi yang santun dan menghormati terhadap sesama kawan bahkan terhadap lawan politik parpol lain.
"Almarhum semasa hidupnya kalau bicara halus dan menunjukkan pribadi yang bijak. Dalam beberapa kesempatan pembicaraan selalu disisipkan masalah spiritual agar hidup itu penuh keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat," katanya.
Menurut Cak Ali, dalam waktu satu bulan yang lalu saat menjenguk Gusti Joyo, meski fisiknya kelihatan lelah, etika berbicara masalah agama, dia terlihat semangat.
Bagi keluarga NU, Joyokusumo dinilai sebagai wakil Keraton Yogyakarta yang memperhatikan masalah agama.
Ritual semaan Al-Qur'an yang digalakkan Jamaah Jantiko sebagai warisan dari salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al Falah, Ploso, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, KH Chamim Djazuli alias Gus Miek selalu dipertahankan sampai sekarang, begitu juga ritual tahlilan dan yasinan di Keraton, Yogyakarta.
"Itulah figur Gusti Joyo, santun dan relegius yang memperhatikan masalah agama," katanya.
Cak Ali, sebagai Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) berharap agar ada wakil dari Keraton Yogyakarta yang dapat meneruskan peranan almarhum dalam membina kehidupan beragama, karena Keraton juga mempunyai sebutan Sayyidin Panotogomo (Panutan yang Mengatur Kehidupan Beragama). (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013