Denpasar (Antara Bali) - Bahasa daerah Bali mempunyai kaitan yang erat dengan seni sastra, seni rupa dan bentuk kesenian lainnya di Pulau Dewata yang diwarisi secara turun temurun.
"Hubungan seni satu sama lainnya itu adalah warisan dari nenek moyang yang diharapkan tetap dapat digali, dikembangkan dan dilestarikan," kata Siobhan Campbell dari The University of Sydney Australia seperti yang ditirukan Nyoman Gunarsa di Denpasar, Sabtu.
Gunarsa menggagas dan melaksanakan Festival Internasional Bahasa Bali atau International Festival of Balinese Language (IFBL) menerima masukan dari para ahli bahasa di mancanegara, termasuk Siobhan Campbell.
Siobhan Campbell yang pernah tinggal di Bali untuk melakukan serangkaian penelitian yang berkaitan dengan bahasa daerah Bali, seni dan budaya setempat mencontohkan kemahiran pelukis klasik dalam meletakkan aksara Bali sebagai bagian dari motif dalam lukisan.
Selain itu seniman Bali mempunyai kemampuan dalam menoreh cerita-cerita yang penuh dengan aksara pada lembaran di atas daun lontar.
"Di sini aksara bukan hanya berfungsi sebagai penambah kekayaan cerita, namun juga untuk memperkaya bahasa rupa yang ditampilkannya," katanya.
Siobhan Campbell mengakui dan perlu disimak secara seksama bahwa hubungan antara rupa dan aksara atau bahasa daerah Bali tidak hanya berhenti pada kesenian tradisional saja.
Namun hal itu tetap hidup dan berdenyut di dunia modern, bahkan pada kesenian klasik seperti dari desa Kamasan tetap lestari diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Demikian pula pada kesenian kontemporer mampu menampilkan unsur yang beraneka ragam, salah satunya di media popular seperti kartun, baliho, mural dan kesenian dua dimensi secara umum.
Gunarsa menambahkan, IFBL yang baru pertama kali digelar di Bali melibatkan peserta utusan dari sembilan negara meliputi Australia, Belanda, Italia, Switzerland, Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Jepang, India serta tuan rumah Bali.
Kegiatan itu sepenuhnya berlangsung di Museum Gunarsa Semarapura, Kabupaten Klungkung selama hampir sebulan hingga 30 Nopember mendatang. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Hubungan seni satu sama lainnya itu adalah warisan dari nenek moyang yang diharapkan tetap dapat digali, dikembangkan dan dilestarikan," kata Siobhan Campbell dari The University of Sydney Australia seperti yang ditirukan Nyoman Gunarsa di Denpasar, Sabtu.
Gunarsa menggagas dan melaksanakan Festival Internasional Bahasa Bali atau International Festival of Balinese Language (IFBL) menerima masukan dari para ahli bahasa di mancanegara, termasuk Siobhan Campbell.
Siobhan Campbell yang pernah tinggal di Bali untuk melakukan serangkaian penelitian yang berkaitan dengan bahasa daerah Bali, seni dan budaya setempat mencontohkan kemahiran pelukis klasik dalam meletakkan aksara Bali sebagai bagian dari motif dalam lukisan.
Selain itu seniman Bali mempunyai kemampuan dalam menoreh cerita-cerita yang penuh dengan aksara pada lembaran di atas daun lontar.
"Di sini aksara bukan hanya berfungsi sebagai penambah kekayaan cerita, namun juga untuk memperkaya bahasa rupa yang ditampilkannya," katanya.
Siobhan Campbell mengakui dan perlu disimak secara seksama bahwa hubungan antara rupa dan aksara atau bahasa daerah Bali tidak hanya berhenti pada kesenian tradisional saja.
Namun hal itu tetap hidup dan berdenyut di dunia modern, bahkan pada kesenian klasik seperti dari desa Kamasan tetap lestari diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Demikian pula pada kesenian kontemporer mampu menampilkan unsur yang beraneka ragam, salah satunya di media popular seperti kartun, baliho, mural dan kesenian dua dimensi secara umum.
Gunarsa menambahkan, IFBL yang baru pertama kali digelar di Bali melibatkan peserta utusan dari sembilan negara meliputi Australia, Belanda, Italia, Switzerland, Prancis, Belgia, Amerika Serikat, Jepang, India serta tuan rumah Bali.
Kegiatan itu sepenuhnya berlangsung di Museum Gunarsa Semarapura, Kabupaten Klungkung selama hampir sebulan hingga 30 Nopember mendatang. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013