Denpasar (Antara Bali) - Perupa I Nyoman Sukari meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Rabu (12/5) malam sekitar pukul 22.30 Wita setelah sebelumnya dirawat beberapa minggu di Yogyakarta dan Denpasar.
"Bapak sempat dirawat di RSUP Sanglah selama satu minggu dan sebelumnya dirawat di Yogyakarta selama dua minggu," kata Nyoman Aryaningsih, istri Nyoman Sukari, ketika dihubungi ANTARA di Denpasar, Kamis pagi.
Ia menjelaskan, Nyoman Sukari yang lahir di Bali, 6 Juli 1968 ini mengalami sakit komplikasi liver dan paru-paru.
Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak laki-laki, yakni I Made Sri Yoga Bhuwana dan I Wayan Pande Narawara.
Seniman yang kuliah di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (FSR ISI) Yogyakarta tahun 1990 ini dikenal banyak melakukan aktivitas kesenian di Bali dan Yogyakarta.
Ia banyak terlibat pemeran, seperti Biennale Jogja, di Magelang, Jakarta, Surabaya, Batam, Semarang, dan Manado.
Di Bali, dia pernah menggelar pameran di Tony Raka Gallery, Ubud, pameran di Pantai Amed, Karangasem, pameran "Summit Event Bali Biennale" di Museum Arma, Ubud.
Di luar negeri, dia pernah berpameran di Beijing (China), Moskow (Rusia), Darwin (Australia), dan Singapura.
Seniman muda ini pernah mendapat penghargaan "Lempad Price" dari Sanggar Dewata Indonesia (2000), Karya Lukis Terbaik Pratisara Affandi Adi Karya 1994, penghargaan Karya Lukis Terbaik Dies Natalis ISI Yogyakarta 1993.
Selain itu, dia juga menerima penghargaan Lukis Cat Minyak Terbaik dari FSRD ISI Yogyakarta (1992) dan penghargaan dari Menpora (1992), penghargaan Sketsa dan Lukis Terbaik dari FSRD ISI Yogyakarta (1990), penghargaan Sketsa Terbaik dari SMSR Negeri Denpasar (1989).(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Bapak sempat dirawat di RSUP Sanglah selama satu minggu dan sebelumnya dirawat di Yogyakarta selama dua minggu," kata Nyoman Aryaningsih, istri Nyoman Sukari, ketika dihubungi ANTARA di Denpasar, Kamis pagi.
Ia menjelaskan, Nyoman Sukari yang lahir di Bali, 6 Juli 1968 ini mengalami sakit komplikasi liver dan paru-paru.
Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak laki-laki, yakni I Made Sri Yoga Bhuwana dan I Wayan Pande Narawara.
Seniman yang kuliah di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (FSR ISI) Yogyakarta tahun 1990 ini dikenal banyak melakukan aktivitas kesenian di Bali dan Yogyakarta.
Ia banyak terlibat pemeran, seperti Biennale Jogja, di Magelang, Jakarta, Surabaya, Batam, Semarang, dan Manado.
Di Bali, dia pernah menggelar pameran di Tony Raka Gallery, Ubud, pameran di Pantai Amed, Karangasem, pameran "Summit Event Bali Biennale" di Museum Arma, Ubud.
Di luar negeri, dia pernah berpameran di Beijing (China), Moskow (Rusia), Darwin (Australia), dan Singapura.
Seniman muda ini pernah mendapat penghargaan "Lempad Price" dari Sanggar Dewata Indonesia (2000), Karya Lukis Terbaik Pratisara Affandi Adi Karya 1994, penghargaan Karya Lukis Terbaik Dies Natalis ISI Yogyakarta 1993.
Selain itu, dia juga menerima penghargaan Lukis Cat Minyak Terbaik dari FSRD ISI Yogyakarta (1992) dan penghargaan dari Menpora (1992), penghargaan Sketsa dan Lukis Terbaik dari FSRD ISI Yogyakarta (1990), penghargaan Sketsa Terbaik dari SMSR Negeri Denpasar (1989).(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010