Denpasar (Antara Bali) - Ketua Paralayang Indonesia Djoko Bisowarno mengkhawatirkan kerusakan lingkungan di Pantai Timbis, Nusa Dua, Bali, sebagai tempat pembinaan atlet cabang olahraga kedirgantaraan itu.

"Saat ini di Pantai Timbis sudah marak pembangunan properti. Jika tidak berpihak pada kelangsungan atlet paralayang, maka Pantai Timbis yang menjadi tempat terbaik pembinaan paralayang akan tinggal kenangan," ujarnya di sela-sela menyambut kedatangan kontingen Indonesia yang baru pulang dari ajang kejuaraan di enam negara di Bandar Udara Ngurah Rai, Kuta, Bali, Senin.

Menurut dia, Pantai Timbis menjadi lahirnya cikal-bakal prestasi atlet paralayang nasional di berbagai ajang internasional. Atlet yang berlatih di Pantai Timbis telah mendulang tujuh medali emas dari 23 medali emas yang diraih atlet Indonesia dari cabang olahraga paralayang di ajang ASEAN Beach Game di Bali pada 2008.

"Bisa jadi Pantai Timbis itu nanti hanya tinggal kenangan karena maraknya pembangunan properti," kata Djoko.

Dia dan beberapa pengurus Paralayang Indonesia menyambut kedatangan dua atlet nasional, Lis Andriana dan Elisa Manueke, yang baru menyelesaikan enam seri kejuaraan dunia paralayang di Indonesia, Thailand, Portugal, Serbia, Romania, dan Malaysia.

Dari ajang itu Lis berhasil menjadi juara dunia pada nomor ketepatan mendarat putri sekaligus mengalahkan Tamara Kostic dari Serbia dan Nunnapat Phuchong dari Thailand.

Prestasi yang diukir Lis mengulang prestasi tahun sebelumnya pada kejuaraan dunia yang sama.

Sementara di bagian putra, Elisa Manueke menempati ranking ketiga pada kejuaraan dunia tahun ini di bawah Matjas Feraric asal Slovenia dan Goran Durkovic dari Serbia. (M038)

Pewarta: Oleh I Made Argawa

Editor : M. Irfan Ilmie


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013