Denpasar (Antara Bali) - Masyarakat Bali melakukan pemotongan ribuan ekor babi secara massal pada hari Penampahan Galungan, sehari menjelang Hari suci Galungan, Selasa pagi.

"Ribuan ekor babi yang dipotong dalam waktu bersamaan itu telah disiapkan sejak enam bulan lalu, sehingga kebutuhan babi dalam jumlah besar dapat dipenuhi dari daerah setempat, tidak lagi mendatangkan babi dari luar Bali seperti tahun-tahun sebelumnya," ujar Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali Putu Sumantra.

Ia mengatakan, pemotongan babi dilakukan secara patungan, satu ekor dengan berat 100 kg dibagi oleh 15-20 kepala keluarga (KK).

Bahkan masyarakat yang tergolong mampu memotong satu ekor babi, sebagian dagingnya diberikan kepada keluarga dekat.

Masyarakat di Dusun Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kabupaten Tabanan sekitar 45 km barat daya Denpasar melakukan pemotongan babi itu pada pagi hari, sehingga menjelang matahari terbit pemotongan itu sudah selesai.

Masing-masing kepala keluarga memperoleh bagian enam sampai tujuh kilogram daging babi itu selanjutnya bersama anggota keluarganya diolah dalam berbagai menu makanan khas Bali.

"Ada yang diolah menjadi lawar dan bebalung untuk makan hari ini dan besok, maupun olahan urutan yang bisa tahan dalam beberapa hari ke depan," ujar Pan Angga (45), salah seorang warga setempat.

Ia menuturkan, seekor babi dengan berat 100 kg milik salah seorang warga dibeli secara patungan bersama 15 orang dengan pembagian sama rata.

Sementara masyarakat perkotaan, khususnya di Kota Denpasar hanya sebagian kecil yang melakukan pemotongan babi di rumah tangga.

Mereka kebanyakan membeli dalam bentuk daging babi yang sudah bersih siap diolah di pasar-pasar tradisional dengan harga Rp35.000 hingga Rp40.000/kg.

Masyarakat Bali, baik di kota maupun pedesaan pada hari Penampahan Galungan tetap melakukan tradisi "ngelawar" dan membuat aneka jenis masakan khas Bali.

Menurut Kadis Peternakan Bali Putu Sumantra, Bali menjelang Galungan mempunyai stok lebih dari 283.000 ekor babi dengan berat rata-rata di atas 100 kg/ekor.

Dengan persediaan sebanyak itu Bali tidak lagi mendatangkan babi dari luar daerah, khususnya daerah tetangga Jawa Timur untuk memenuhi kebutuhan menyambut Hari Raya Galungan, hari kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (Keburukan).

Dalam satu keluarga secara otomatis sudah ada pembagian tugas setelah selesai mengolah daging kemudian menikmatinya bersama-sama. Yang laki-laki membuat penjor yakni hiasan bambu yang dipasang di depan pintu rumah tangga masing-masing.

Sedangkan ibu rumah tangga termasuk anak putrinya menyiapkan rangkaian janur (banten) yang akan dipersembahkan di Pura atau tempat suci keluarga (merajan) pada Hari suci Galungan yang jatuh pada hari Rabu (12/5).

Selama tiga hari berturut-turut 11-13 Mei 2010 perkantoran instansi pemerintah dan perusahaan swasta di Bali libur (fakultatif).

Demikian pula proses belajar mengajar untuk seluruh jenjang pendidikan di Bali juga libur selama sepekan.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010