Denpasar (Antara Bali) - Seniman Nyoman Erawan dalam pameran "Bali Art in Culture and Tradition" menampilkan karya kanvas yang mencerminkan kemampuan memahami simbol-simbol sebagai penghayatan dari pengetahuan dan pengalaman dalam ruang dan waktu yang berbeda.
"Keadaan sekarang mampu meraih makna yang bersifat keabadian, sehingga pengalaman seni seperti yang ditunjukkan dalam `aksi & (re)aksi` itu berkaitan secara khusus dari sebuah pengalaman dalam hidup seseorang," kata Nyoman Erawan di Denpasar, Kamis.
Seniman andal itu menampilkan 114 lukisan, karya instalasi dan performance dalam pameran di Museum Arma Ubud untuk menyukseskan bulan ekspresi budaya dan tradisi "Bali Art in Culture & Tradition" (Bali Act) yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Ia mengatakan, pengalaman dan lingkungan hidup terus berubah dan bisa menyesatkan kesadaran manusia, jika sepenuhnya dipahami dan dimaknai sebagai objek yang bersifat material.
Oleh sebab itu, pemahaman yang bersifat terbatas akan bisa menenggelamkan diri dalam kegelisahan, karena ketidakmampuan memahami keseluruhan fenomena kehidupan, serta ketidakberdayaan memenuhi apa yang terus-menerus menjadi keinginan.
"Untuk itu momen penghayatan nilai yang bersifat abadi dan anggun itulah yang menjadi bagian kesadaran hidup yang dituangkan ke atas kanvas dalam menyemarakkan ekspresi budaya dan tradisi Bali ini," ujar Erawan. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Keadaan sekarang mampu meraih makna yang bersifat keabadian, sehingga pengalaman seni seperti yang ditunjukkan dalam `aksi & (re)aksi` itu berkaitan secara khusus dari sebuah pengalaman dalam hidup seseorang," kata Nyoman Erawan di Denpasar, Kamis.
Seniman andal itu menampilkan 114 lukisan, karya instalasi dan performance dalam pameran di Museum Arma Ubud untuk menyukseskan bulan ekspresi budaya dan tradisi "Bali Art in Culture & Tradition" (Bali Act) yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Ia mengatakan, pengalaman dan lingkungan hidup terus berubah dan bisa menyesatkan kesadaran manusia, jika sepenuhnya dipahami dan dimaknai sebagai objek yang bersifat material.
Oleh sebab itu, pemahaman yang bersifat terbatas akan bisa menenggelamkan diri dalam kegelisahan, karena ketidakmampuan memahami keseluruhan fenomena kehidupan, serta ketidakberdayaan memenuhi apa yang terus-menerus menjadi keinginan.
"Untuk itu momen penghayatan nilai yang bersifat abadi dan anggun itulah yang menjadi bagian kesadaran hidup yang dituangkan ke atas kanvas dalam menyemarakkan ekspresi budaya dan tradisi Bali ini," ujar Erawan. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013