Kepiawaian dan kharisma di atas pangung yang dimiliki Ida Bagus Oka Wirjana menjadi modal utama untuk menjadi seorang penari istana pada era Presiden Soekarno serta berkesempatan mengadakan lawatan ke berbagai negara.
Pria kelahiran Banjar Blangsinga, Kabupaten Gianyar, 28 September 1935 atau 75 tahun yang silam, ketika masih remaja pernah menjadi seniman kesayangan Presiden Soekarno.
Bersama enam seniman serba bisa lainnya yang tergabung dalam sanggar "Cinta Manik" itu, menjadi seniman istana yang senantiasa pentas untuk menghibur tami-tamu negara.
Seniman pembaharuan kebyar duduk tari Bali itu, senantiasa pentas menghibur tamu-tamu negara di istana Merdeka Jakarta maupun di Istana Tampaksiring, Bali.
Demikian pula seniman serba bisa I Made Toya yang berpasangan dengan Ni Made Darmi asal Denpasar, dengan lincahnya menampilkan tari kebyar duduk, tari yang menggambarkan pergaulan muda-mudi dan sangat digemari Bung Karno.
Tidak ketinggalan seniman-seniman lainnya, juga mendapat kesempatan yang sama. Perhatian yang besar dari seorang pemimpin negara terhadap kesenian Bali secara langsung, kini sangat dirasakan pengaruhnya, terbukti seniman Bali cukup kreatif dalam menciptakan kreasi baru baik tari maupun tabuh.
Sosok Oka Wirjana yang akrab disapa Blangsinga itu sangat lugu dan sederhana,
namun sangat kreatif dalam seni olah tubuh, khususnya tari Bali, sehingga kehidupan yang dilakoninya sehari-hari tidak bisa dipisahkan dengan kesenian.
Tampil selalu lincah dan geraknya mengikuti irama gamelan yang mengiringinya di atas pentas dan ribuan penonton tertuju pada dirinya di atas panggung.
Kepercayaan menjadi seniman istana sosok pria yang hingga sekarang masih sehat bugar pada usia senjanya itu pernah mendapat kepercayaan sebagai duta seni mewakili negara Indonesia mengadakan lawatan ke mancanegara.
Lawatan itu antara lain ke Eropa, Asia, Amerika Serikat dan Jepang pada tahun 1954 bersama dengan anggota rombongan antara lain Made Darmi Rupawati, Gadung Arwati, Gusti Ayu Manjawati.
Selain itu juga mengadakan lawatan ke Pakistan guna mengikuti Festival Tari mewakili Indonesia yang pimpinan Hamengku Buwono IX. Selain itu juga bergabung dengan Sekaa Gong Sanur, Kota Denpasar mengadakan lawatan ke Hawai, Tokyo, Osaka Jepang), Hongkong, dan Singapura selama selama tiga bulan (1962).
Demikian pula memperkuat tim kesenian Institut Seni Indonesia (ISI) mengadakan lawatan ke Swedia pada tahun 1991.
Atas prestasi, dedikasi dan pengabdian dalam pengembangan seni budaya, sosok Ida Bagus Oka Wirjana pernah menerima surat penghargaan dari Panglima Daerah Angkatan Kepolisian XVI Nusa Tenggara Barat (1969).
Selain itu surat penghargaan dari sekolah-sekolah di Kota Nara Jepang (1981), Penghargaan Wija Kesuma dari Bupati Gianyar (1985), Dharma Kusuma dari Gubernur Bali (1987), Penghargaan dari Gubernur kota Sapporo Jepang (1988), Penghargaan dari Dewan Kesenian Pusat Jakarta (1999) dan Siwa Nataraja dari ISI Denpasar (2008).
Kado HUT
Maestro Ida Bagus Oka Wirjana yang terus berkarya dan menularkan keahlian yang dimilikinya kepada ratusan bahkan ribuan anak didiknya baik lewat pendidikan formal maupun informal itu.
Atas kerja keras dan jasa-jasanya itu bertepatan dengan HUTnya ke-75 28 September lalu Bentara Budaya Bali (BBB) lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia bekerja sama dengan Yayasan Tetamian Griya Blangsinga menggelar pertunjukan tari dan pameran foto maestro Ida Bagus Oka Wirjana.
Kegiatan yang menyuguhkan pagelaran tari, pameran foto dan patung mengusung tema "Tribute to Maestro Blangsinga, 75 Tahun Berkarya".
Ketua Panitia kegiatan tersebut I Wayan Purwanto yang juga anak didiknya dalam mempelajari tabuh dan tari Bali, aneka jenis pagelaran itu juga melibatkan putra-putrinya, cucunda serta murid-murid pilihan Oka Blangsinga menyuguhkan berbagai tarian termasuk karyanya sendiri.
Selain itu juga dimeriahkan dengan penampilan fragmen tari Ramayana berikut konser gamelan dari komposer Dewa Ketut Alit. Demikian pula penari sepuh seperti Ni Luh Menek dari Buleleng, Ibu Jro Puspawati dan Ibu Ni Ketut Arini dari Denpasar ikut memeriahkan "Tribute to Maestro".
Bahkan pada acara puncak Ida Bagus Oka Blangsinga menampilkan Tari Kebyar Duduk yang mendapat sambutan meriah dari ribuan penonton yang memadati panggung terbuka Bantara Budaya Bali.
Sementara pameran foto menampilkan perjalanan karier Ida Bagus Oka Wirjana serta sejumlah patung karya seniman serba bisa, Irina Perisic Bosnjak dan Ida Bagus Ketut Lasem.
Belasan seniman yang ikut ambil bagian dalam kegiatan berkolaborasi menginterpretasikan sosok Oka Blangsinga dalam aneka perspektif.
Kegiatan itu juga dirangkai dengan diskusi dan workshop tari yang digelar selama sepuluh. Sosok Ida Bagus Oka Wirjana sejak usia anak-anak sudah belajar menari baris di bawah bimbingan pamannya Ida Bagus Kompiang, sebelum penjajahan Jepang.
Ia pernah tinggal di Tabanan dan selalu menyempatkan diri melihat I Ketut Maria (Mario) menari dan mengajarkan tari kebyar duduk.
Atas dasar itu Ida Bagus Wirjana terinspirasi tarian Kebyar duduk yang diciptakan oleh I Ketut Maria, sehingga sampai tersurat dalam hatinya. Dalam perkembangannya menari Kebyar duduk banyak mendapatkan bimbingan dari tokoh-tokoh kesenian di Gianyar seperti Anak Agung Gede (Puri Sukawati), Cokorde Oka (Puri Singapadu), Geriya dan Geredek (Singapadu).
Berkat kesungguhannya menekuni dan mempelajari tabuh dan tari Bali mampu menjadikan dirinya mendunia, disamping dikenal secara meluas oleh masyarakat Bali maupun nasional. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Pria kelahiran Banjar Blangsinga, Kabupaten Gianyar, 28 September 1935 atau 75 tahun yang silam, ketika masih remaja pernah menjadi seniman kesayangan Presiden Soekarno.
Bersama enam seniman serba bisa lainnya yang tergabung dalam sanggar "Cinta Manik" itu, menjadi seniman istana yang senantiasa pentas untuk menghibur tami-tamu negara.
Seniman pembaharuan kebyar duduk tari Bali itu, senantiasa pentas menghibur tamu-tamu negara di istana Merdeka Jakarta maupun di Istana Tampaksiring, Bali.
Demikian pula seniman serba bisa I Made Toya yang berpasangan dengan Ni Made Darmi asal Denpasar, dengan lincahnya menampilkan tari kebyar duduk, tari yang menggambarkan pergaulan muda-mudi dan sangat digemari Bung Karno.
Tidak ketinggalan seniman-seniman lainnya, juga mendapat kesempatan yang sama. Perhatian yang besar dari seorang pemimpin negara terhadap kesenian Bali secara langsung, kini sangat dirasakan pengaruhnya, terbukti seniman Bali cukup kreatif dalam menciptakan kreasi baru baik tari maupun tabuh.
Sosok Oka Wirjana yang akrab disapa Blangsinga itu sangat lugu dan sederhana,
namun sangat kreatif dalam seni olah tubuh, khususnya tari Bali, sehingga kehidupan yang dilakoninya sehari-hari tidak bisa dipisahkan dengan kesenian.
Tampil selalu lincah dan geraknya mengikuti irama gamelan yang mengiringinya di atas pentas dan ribuan penonton tertuju pada dirinya di atas panggung.
Kepercayaan menjadi seniman istana sosok pria yang hingga sekarang masih sehat bugar pada usia senjanya itu pernah mendapat kepercayaan sebagai duta seni mewakili negara Indonesia mengadakan lawatan ke mancanegara.
Lawatan itu antara lain ke Eropa, Asia, Amerika Serikat dan Jepang pada tahun 1954 bersama dengan anggota rombongan antara lain Made Darmi Rupawati, Gadung Arwati, Gusti Ayu Manjawati.
Selain itu juga mengadakan lawatan ke Pakistan guna mengikuti Festival Tari mewakili Indonesia yang pimpinan Hamengku Buwono IX. Selain itu juga bergabung dengan Sekaa Gong Sanur, Kota Denpasar mengadakan lawatan ke Hawai, Tokyo, Osaka Jepang), Hongkong, dan Singapura selama selama tiga bulan (1962).
Demikian pula memperkuat tim kesenian Institut Seni Indonesia (ISI) mengadakan lawatan ke Swedia pada tahun 1991.
Atas prestasi, dedikasi dan pengabdian dalam pengembangan seni budaya, sosok Ida Bagus Oka Wirjana pernah menerima surat penghargaan dari Panglima Daerah Angkatan Kepolisian XVI Nusa Tenggara Barat (1969).
Selain itu surat penghargaan dari sekolah-sekolah di Kota Nara Jepang (1981), Penghargaan Wija Kesuma dari Bupati Gianyar (1985), Dharma Kusuma dari Gubernur Bali (1987), Penghargaan dari Gubernur kota Sapporo Jepang (1988), Penghargaan dari Dewan Kesenian Pusat Jakarta (1999) dan Siwa Nataraja dari ISI Denpasar (2008).
Kado HUT
Maestro Ida Bagus Oka Wirjana yang terus berkarya dan menularkan keahlian yang dimilikinya kepada ratusan bahkan ribuan anak didiknya baik lewat pendidikan formal maupun informal itu.
Atas kerja keras dan jasa-jasanya itu bertepatan dengan HUTnya ke-75 28 September lalu Bentara Budaya Bali (BBB) lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia bekerja sama dengan Yayasan Tetamian Griya Blangsinga menggelar pertunjukan tari dan pameran foto maestro Ida Bagus Oka Wirjana.
Kegiatan yang menyuguhkan pagelaran tari, pameran foto dan patung mengusung tema "Tribute to Maestro Blangsinga, 75 Tahun Berkarya".
Ketua Panitia kegiatan tersebut I Wayan Purwanto yang juga anak didiknya dalam mempelajari tabuh dan tari Bali, aneka jenis pagelaran itu juga melibatkan putra-putrinya, cucunda serta murid-murid pilihan Oka Blangsinga menyuguhkan berbagai tarian termasuk karyanya sendiri.
Selain itu juga dimeriahkan dengan penampilan fragmen tari Ramayana berikut konser gamelan dari komposer Dewa Ketut Alit. Demikian pula penari sepuh seperti Ni Luh Menek dari Buleleng, Ibu Jro Puspawati dan Ibu Ni Ketut Arini dari Denpasar ikut memeriahkan "Tribute to Maestro".
Bahkan pada acara puncak Ida Bagus Oka Blangsinga menampilkan Tari Kebyar Duduk yang mendapat sambutan meriah dari ribuan penonton yang memadati panggung terbuka Bantara Budaya Bali.
Sementara pameran foto menampilkan perjalanan karier Ida Bagus Oka Wirjana serta sejumlah patung karya seniman serba bisa, Irina Perisic Bosnjak dan Ida Bagus Ketut Lasem.
Belasan seniman yang ikut ambil bagian dalam kegiatan berkolaborasi menginterpretasikan sosok Oka Blangsinga dalam aneka perspektif.
Kegiatan itu juga dirangkai dengan diskusi dan workshop tari yang digelar selama sepuluh. Sosok Ida Bagus Oka Wirjana sejak usia anak-anak sudah belajar menari baris di bawah bimbingan pamannya Ida Bagus Kompiang, sebelum penjajahan Jepang.
Ia pernah tinggal di Tabanan dan selalu menyempatkan diri melihat I Ketut Maria (Mario) menari dan mengajarkan tari kebyar duduk.
Atas dasar itu Ida Bagus Wirjana terinspirasi tarian Kebyar duduk yang diciptakan oleh I Ketut Maria, sehingga sampai tersurat dalam hatinya. Dalam perkembangannya menari Kebyar duduk banyak mendapatkan bimbingan dari tokoh-tokoh kesenian di Gianyar seperti Anak Agung Gede (Puri Sukawati), Cokorde Oka (Puri Singapadu), Geriya dan Geredek (Singapadu).
Berkat kesungguhannya menekuni dan mempelajari tabuh dan tari Bali mampu menjadikan dirinya mendunia, disamping dikenal secara meluas oleh masyarakat Bali maupun nasional. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013