Denpasar (Antara Bali) -  Umat Hindu Dharma di  Bali merayakan hari Tumpek Wariga atau juga dikenal dengan Tumpek Uduh, persembahan suci yang khusus ditujukan untuk semua jenis tumbuh-tumbuhan, Sabtu.

Kegiatan ritual menggunakan kelengkapan sarana banten, rangkaian janur kombinasi  bunga dan buah-buahan, dengan kekhususan bubuh sumsum, yakni bubur dari tepung ketan yang diberi warna hijau alami dari daun kayu sugih, ditaburi dengan parutan kelapa dan diberi gula merah.

Menurut dosen Institut Hindu Dharma Indonesia (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi M.Par di Denpaasar, Sabtu mengatakan kegiatan ritual Tumpek Wariga dilakukan umat Hindu terhadap semua jenis tanaman di sawah, ladang maupun pekarangan.

Tumpek Uduh bukan merupakan hari untuk menyembah tumbuh-tumbuhan, namun hari untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar melalui tumbuh-tumbuhan umat manusia dapat diberikan kemakmuran dan keselamatan terhindar dari berbagai bencana.

Kegiatan ritual yang digelar Umat Hindu pada pepohonan di pekarangan, sawah dan ladang masing-masing merupakan satu  bentuk menghargai aneka jenis tumbuh-tumbuhan, yang selama ini mampu memberikan manfaat terhadap kehidupan umat manusia maupun aneka jenis satwa lainnya.

Tumpek Uduh dirayakan setiap hari Sabtu uku Wariga yang jatuh setiap 210 hari sekali. Tumbuh-tumbuhan dengan sistem perakaran yang ada memegang partikel tanah dan menutupi permukaan tanah, sehingga saat musim hujan permukaan tanah terhindar erosi.

"Bisa dibayangkan bagaimana parahnya erosi dan longsor, jika seluruh permukaan tanah tidak ditutupi oleh tumbuh-tumbuhan. Dalam satu musim hujan saja, bagian tanah atas yang subur akan tergerus oleh aliran air," ujar Ketut Sumadi. (*/DWA)

Pewarta:

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013