Denpasar (Antara Bali) - Kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bukit Jimbaran yang lokasinya hanya sekitar lima kilometer dari Nusa Dua, Kabupaten Badung, akan menjadi tempat pelaksanaan pameran produk unggulan pertanian nusantara.

Pameran yang digelar Kementerian Pertanian itu melibatkan seluruh provinsi di Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam memeriahkan pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bali, 1-9 Oktober 2013.

Persiapan pameran tingkat internasional itu sudah dilakukan, termasuk kesiapan Bali dalam menyukseskan pameran yang menyuguhkan produk unggulan hasil pertanian dari berbagai daerah di Indonesia, tutur Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Ir Ida Bagus Wisnuardana.

Bali menyambut baik keikutsertaan daerah lain dalam pameran untuk memperkenalkan produk unggulan, potensi dan peluang yang dapat dilakukan di masa mendatang dalam memacu sektor pertanian.

Meskipun pelaksanaan pameran berlangsung di Kawasan GWK, sementara KTT APEC di Nusa Dua seluruh delegasi dari 21 negara itu diharapkan bisa menyaksikan pameran tersebut.

Delegasi KTT APEC akan diundang secara khusus di sela-sela konferensi untuk menyaksikan pameran unggulan komoditi pertanian dari berbagai daerah di Indonesia.

Pameran yang menyuguhkan hasil-hasil pertanian itu sepenuhnya dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian, namun Bali selalu siap untuk menyukseskan kegiatan itu.

Bali sebagai tuan rumah dalam pameran itu sekaligus menjadi peserta seperti daerah lainnya di Indonesia dengan menyuguhkan hasil-hasil pertanian andalan.

Daerah tujuan wisata ini memiliki banyak keunggulan komoditi pertanian yang akan ditampilkan antara lain kopi yang memiliki aroma yang khas, buah salak, melon, jeruk, sayur mayur dan berbagai jenis komoditi lainnya.

Lewat pameran itu diharapkan mampu memperkenalkan keunggulan komoditi pertanian Indonesia sekaligus menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya di nusantara untuk pengembangan komoditi unggulan pertanian.

Hidangan Buah Lokal

Ida Bagus Wisnuardana mengharapkan pihak hotel di Kawasan Nusa Dua yang menampung para delegasi dari 21 negara di belahan dunia itu menyuguhkan aneka jenis buah-buahan produk unggulan Bali di dalam kamar hotel maupun saat menikmati makan pagi, siang dan malam.

Peluang baik itu hendaknya dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan dan mempromosikan hasil unggulan pertanian di Pulau Dewata kepada masyarakat internasional.

Lebih-lebih petani jeruk di Pulau Dewata, khususnya di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, dan daerah timur Kabupaten Buleleng kini mengalami panen raya.

Demikian pula salak, meskipun sekarang belum saatnya panen raya, namun petani salak di daerah Sibetan, Kabupaten Karangasem, masih bisa memproduksinya, meskipun tidak secara besar-besaran.

Buah pisang yang hampir semua daerah di Bali memproduksinya juga dapat disajikan kepada para delegasi yang menginap di seluruh hotel berbintang di kawasan Nusa Dua. Sementara buah melon dan sumangka hasil petani Bali tidak kalah menarik dari segi mutu dan rasa dibanding buah impor.

Untuk itu semua pihak hendaknya membantu petani dalam memasarkan produksi pertanian, lebih-lebih Bali sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Perlindungan Buah Lokal, katanya.

Lewat Perda tersebut kalangan hotel di Bali yang selama ini masih minim menghidangkan buah lokal dapat memberikan porsi yang lebih besar kepada aneka jenis buah hasil produksi petani setempat.

Upaya itu sekaligus menguatkan perlindungan, pemberdayaan dan pengembangan terhadap buah lokal, sehingga kekayaan plasma nuftah buah lokal Bali yang unggul dan unik tetap dapat dipertahankan, harap Ida Bagus Wisnuardana.

Menu Alam Bali

Guru besar Universitas Udayana Prof Dr Ir I Wayan Windia menyambut baik kebijakan Pemprov Bali membuat Perda untuk melindungi aneka buah lokal dengan harapan mampu memberdayakan petani setempat.

Demikian pula adanya upaya pemerintah mengatur dan menghentikan impor sejumlah komoditi pertanian, termasuk buah impor, sehingga mampu mendorong dan menggairahkan petani setempat menggarap potensi yang ada secara maksimal.

Kalangan hotel dan restoran di Pulau Dewata hendaknya dapat menyiasati hal itu dengan menyuguhkan menu makanan kepada wisatawan yang bahan-bahannya diproduksi dari alam Bali.

Untuk itu, katanya, hindari menyuguhkan menu makanan Eropa mapun negara lainnya, sehingga tidak perlu mengimpor hasil-hasil pertanian yang memang sudah dihentikan pemerintah.

Wisatawan dari berbagai negara di belahan dunia termasuk peserta KTT APEC yang sengaja ke Bali untuk keperluan konferensi, bukan untuk menikmati makanan seperti yang ada di negaranya.

Bali yang setiap tahunnya menerima kunjungan tiga juta wisatawan mancanegara itu, kalangan hotel dan restoran hendaknya ikut mendukung program pertanian setempat dengan menyajikan hasil-hasil pertanian lokal, menghindari sedini mungkin mendatangkan hasil pertanian dari luar Bali maupun impor.

Bali dan Indonesia umumnya daerah tropis, sehingga tidak perlu menyajikan menu makanan yang bahan-bahannya diimpor dari daerah sub tropis, harap Prof Windia yang mengaku sering menerima keluhan kelompok tani yang sulit memasarkan hasilnya ke hotel.

Oleh sebab itu hasil-hasil pertanian Bali, termasuk daging sapi bali mempunyai kualitas yang unggul, sehingga tidak terlalu kalah bersaing dengan daging impor.

Jika ada kesungguhan dari para pengelola hotel dan restoran untuk berpihak kepada masyarakat kecil, khususnya petani akan mampu memenuhi kebutuhan wisatawan selama berliburan di Bali dari produksi pertanian setempat.

Tujuh Strategi

Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang baru saja dilantik untuk masa jabatan keduanya (2013-2018) telah meluncurkan tujuh upaya strategis dalam meningkatkan mutu, nilai tambah dan daya saing buah lokal dengan harapan mampu bersaing dengan buah serupa dari dalam dan luar negeri.

Dengan cara itu buah lokal diharapkan dapat diterima oleh masyarakat Bali maupun wisatawan seperti halnya buah dari luar daerah maupun buah impor.

Kebijakan strategis itu antara lain registrasi kebun yang dikelola 140 kelompok tani buah yang potensial untuk dibina lebih lanjut. Mereka terdiri atas kelompok kebun anggur, manggis, salak, mangga, stroberi dan paprika serta mendorong petani mensertifikatkan produknya.

Upaya itu diharapkan mampu mengantarkan kelompok petani Bali meraih sertifikat produk prima. Sertifikat itu terdiri atas tiga katagori, yakni katagori produk prima 1 (produk berkualitas super), sertifikat produk prima 2 (produk bermutu dan aman pestisida), dan produk prima 3 (produk aman pestisida).

Pemprov Bali juga memfasilitasi petani untuk mendapatkan sertifikat organik. Hingga kini di Bali 22 kelompok telah mendapatkan sertifikat organik untuk komoditi TPH meliputi beras, anggur, sayur mayur, manggis, salak dan tanaman hias.

Demikian pula membentuk dan mengembangkan kelembagaan subterminal agribisnis sebanyak 13 unit dan dua unit pasar tani, disamping membina dan memfasilitasi pengolahan hasil buah maupun pembentukan unit pelayanan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (UP3HP). (*/ADT)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013